Warga melakukan pengisian ulang token listrik di Rusun Benhil, Jakarta, Rabu (5/7/2017). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi nasional pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen disebabkan oleh kenaikan tarif listrik, tarif angkutan udara dan angkutan antarkota. AKTUAL/Munzir

Denpasar, Aktual.com – Pendiri dan Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) Eddie Widiono menjabarkan jika pemerintah memerlukan dana yang cukup besar jika ingin memodernisasi dan meningkatkan daya listrik dalam negeri. Setidaknya pemerintah membutuhkan dana sebanyak angka U$D100 miliar untuk hal itu.

Pada Forum Diskusi Bertema “Smart Grid Untuk Mendorong Sistem Kelistrikan yang Handal, Efisien, dan Ramah Lingkungan di Universitas Udayana itu ia melanjutkan, Tiongkok yang memiliki pelanggan listrik 250 juta di tahun 2009 sudah menginvestasikan anggaran hingga U$D600 miliar untuk mencapai penetrasi energi terbarukan sebesar 30 persen.

Jika dibandingkan dengan Tiongkok, Indonesia dengan jumlah pelanggan sebanyak 64 juta semestinya pemerintah menganggarkan sedikitnya U$D100 miliar. “Seharusnya pemerintah menganggarkan sedikitnya 100 miliar dolar untuk bisa memodernisasi jaringan listriknya. Ini memang nilai yang kecil,” ungkap Eddie.

Menurut Eddie, pengembangan kelistrikan saat ini menghadapi tantangan yang sangat berat, yaitu tantangan yang datang dari energi baru terbarukan. Pasalnya, energi baru terbarukan itu menuntut jaringan listrik yang bisa merespons karakter dari energi baru terbarukan yang sangat tergantung pada situasi alam.

“Untuk itu perlu jaringan listrik yang bisa merespon pada perubahan-perubahan alam seperti solar panel kalau ada awan yang lewat, maka dia tak bisa memproduksi listrik. Jadi jaringan listrik harus bisa mengkonversi hal itu. Itulah sebabnya perusahaan listrik mengalami tantangan yang berat,” terang mantan Direktur Utama PT PLN itu.

Eddi melanjutkan, untuk menghadapi tantangan tersebut diharapkan semua pihak bisa berpartisipasi. PLN yang mendapat kepercayaan pemerintah harus bisa menjaga stabilitas tarif listrik dan menjangkau lebih banyak masyarakat dengan perluasan jaringan listrik.

Untuk itulah, kata Eddi, PJCI hadir untuk membantu hal tersebut. Apalagi dalam PJCI banyak tenaga profesor dan bekerjasama dengan kampus, sehingga bisa memberikan pemikiran-pemikiran akademis yang terarah dan terukur. “Dengan demikian bisa memanfatkan sumber daya secara tepat. Kalau investasi jangan dengan teknologi yang sudah usang tapi harus yang baru,” tegasnya mengakhiri.

(Laporan Bobby Andalan, Bali)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid