Bojonegoro, Aktual.Com – Sejumlah pedagang di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan cabai rawit merah kering asal India menjadi magnet bagi konsumen karena rasanya lebih pedas dibandingkan cabai rawit kering asal Cina.

Cabai impor asal India dan Cina sendiri memang menjadi komoditi yang diburu masyarakat di tengah meroketnya harga cabai lokal.

“Cabai rawit kering asal India lebih disukai masyarakat, karena rasanya jauh lebih pedas dibandingkan cabai rawit kering asal Cina,” kata seorang pedagang di Pasar Kota Bojonegoro Wardiyati, Sabtu (25/2).

Bahkan, kata dia, banyak pembeli yang menolak membeli cabai rawit merah kering asal Cina, meskipun harganya lebih murah. Tingkat penjualan cabai india pun disebut Wardiyati sepuluh kali lipat dibanding dengan cabai Cina.

Oleh karena itu, menurutnya, pedagang di pasar setempat mencampur cabai rawit merah kering India dengan Cina sebagai usaha menurunkan harga, selain bisa menjual cabai rawit merah kering Cina. “Cabai rawit merah kering asal India ciri-cirinya panjang dan bagus, sedangkan Cina lebih besar,” ucap dia.

Tulus, pedagang cabai lain dalam pasar yang sama, mengatakan mayoritas pembeli cabai rawit kering asal India dan Cina adalah pedagang makanan. Harga yang murah jika dibandingkan cabai lokal menjadi faktor penentu para pelanggan.

“Cabai rawit asal India dan Cina juga banyak dijual di pasar tradisional seperti di Kecamatan Padangan dan Sumberrejo,” ucapnya.

Para pedagang di sejumlah pasar tradisional, menurut dia, membeli cabai rawit merah India Rp 50 ribu per kilogram dari pedagang besar untuk. Sedangkan harga beli cabai rawit merah Cina Rp 40 ribu per kilogram.

Di Pasar Kota Bojonegoro menyebutkan harga cabai rawit merah berkisar Rp 120 ribu-130 ribu per kilogram, cabai merah lompong Rp 25 ribu per kilogram, cabai lompong hijau Rp 15 ribu per kilogram dan cabai tampar Rp 35 ribu per kilogram. Untuk cabai rawit kuning turun menjadi Rp 30 ribu per kilogram, yang semula sempat mencapai Rp 60 ribu per kilogram, sejak sepekan lalu.(Ant).

Pewarta : Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs