Jakarta, Aktual.com – Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Bahkan, dia menyebutkan bahwa cadangan ikan di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Prabowo mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kinerja sektor perikanan, Indonesia membutuhkan sekitar 40.000 kapal ikan dengan kapasitas antara 150 hingga 300 gross ton. Untuk itu, dia pun mengundang pihak internasional untuk bekerja sama dengan Indonesia.
“Saya berbicara dengan para ahli, dan saya pikir kami memiliki cadangan ikan terbesar kedua atau ketiga di dunia. Potensinya sangat besar. Kami memiliki kebutuhan sekitar 40.000 kapal ikan dengan ukuran 150 GT hingga 300 GT,” kata Prabowo dalam Indonesia-Brazil Business Forum, Rio de Janeiro, Brasil, Senin (18/11).
“Jadi ini adalah sektor lain yang kami undang untuk kerjasama internasional,” tegasnya.
Adapun, perikanan ini merupakan bagian dari rencana hilirisasi pemerintah. Selain perikanan, ada sebanyak 26 komoditas lain yang akan digenjot untuk menciptakan nilai nyata. Rencana ini menjadi rencana strategis Indonesia.
“Kami juga ingin memanfaatkan lebih banyak sumber daya maritim kami, menghasilkan protein dari berbagai produk. Jadi, kami terbuka untuk bisnis,” kata Prabowo.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyampaikan bahwa pada semester pertama 2024, total produksi perikanan Indonesia mencapai 11,8 juta ton. Angka tersebut terdiri dari 3,3 juta ton hasil perikanan tangkap, 3,3 juta ton dari perikanan budidaya, dan sekitar 5 juta ton dari produksi rumput laut.
“Total kira-kira hampir 12 juta ton,” ungkap Trenggono pada Jumat (30/8).
Trenggono pun mengakui jumlah tersebut masih belum maksimal. Namun katanya, pemerintah saat ini memang tengah memperbaiki tata kelola sektor kelautan dan perikanan yang menyeluruh.
Misalnya, pemerintah kedepannya akan lebih memprioritaskan kualitas produksi perikanan tangkap dibandingkan volumenya. Dengan cara, melakukan penangkapan ikan hanya untuk jenis ikan yang memang pasar sangat butuhkan. Ini juga berlaku untuk pengembangan budi daya perikanan Indonesia.
“Jadi bukan sembarang ikan ditangkap. Lalu budi dayanya juga kita sudah mulai mengerahkan ke kebutuhan market yang memang tinggi itu program,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan