Jakarta, Aktual.com —Ekonom Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai cadangan devisa Indonesia diprediksi terus menurun jika terus digunakan untuk mengintervensi nilai tukar rupiah di pasar uang.

“Sentimen Yunani diprediksi mendorong dolar AS menguat terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah,” ujar Budi Frensidy di Jakarta, Rabu (8/7).

Dalam data Bank Indonesia tercatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2015 sebesar 108 miliar dolar AS, turun 2,8 miliar dolar AS dari posisi akhir Mei 2015 sebesar 110,8 miliar dolar AS.

Menurut Budi Frensidy, rasio cadangan devisa Indonesia yang sebesar 108 miliar dolar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya sebesar 13 persen. Jika dikomparasikan dengan Malaysia dan Thailand, masing-masing memiliki rasio cadangan devisa sebesar 33 persen dan 40 persen.

Ia menambahkan bahwa dengan jumlah investasi asing di Indonesia yang cukup besar maka diperlukan cadangan devisa yang juga besar untuk mengantisipasi terjadinya aliran keluar modal asing yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Ia mengatakan bahwa salah satu cara untuk menjaga cadangan devisa yakni dengan menjajaki kerjasama kepada negara yang cadangan devisanya besar seperti Amerika Serikat untuk menjadi “stand by back up”.

Idealnya, menurut Budi Frensidy, dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar seperti Indonesia maka rasio cadangan devisa terhadap PDB berada di kisaran 30 persen. Rasio sebesar itu dinilai masuk kategori aman.

“Kalau bisa cadangan devisa Indonesia sampai 200 miliar dolar AS, itu sudah cukup aman,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan bahwa perkembangan posisi cadangan devisa itu didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

“Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir Juni 2015 masih cukup membiayai 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” katanya.

Ia mengemukakan bahwa Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka