Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi memasukan Yuan ke dalam special drawing rights (SDR) atau aset cadangan internasional sebagai mata uang elite dunia, menyusul dolar AS, euro, poundsterling Inggris, dan yen Jepang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15.

Jakarta, Aktual.com – Cadangan devisa (Cadev) Tiongkok jatuh ke tingkat terendah sejak 2011 pada Agustus, karena bank sentral melakukan intervensi di pasar untuk mendukung mata uang yuan yang melemah ke dekat terendah enam tahun.

Sementara penurunan USD15,89 miliar sejalan dengan perkiraan pasar dan digambarkan oleh para analis sebagai moderat. Hal tersebut merupakan penurunan terbesar sejak Mei dan dapat mengindikasikan arus keluar modal baru dari ekonomi sekalipun itu mulai menunjukkan tanda-tanda stabil.

Data bank sentral menunjukkan pada Rabu (7/9) bahwa cadangan devisa Tiongkok jatuh menjadi 3,185 triliun dolar AS pada Agustus — terendah sejak Desember 2011 — dari 3,20 triliun dolar AS pada akhir Juli.

Cadangan devisa Tiongkok, terbesar di dunia, turun pada rekor USD513 miliar tahun lalu setelah Beijing mendevaluasi mata uang yuan, memicu banjir arus keluar modal yang mengancam mengguncang ekonomi terbesar kedua di dunia itu dan mengkhawatirkan pasar-pasar keuangan global.

Tetapi penurunan telah melambat tajam dalam beberapa bulan terakhir karena pemerintah memperketat kontrol modal dan menindak perdagangan valas yang diduga menjadi spekulasi.

Para pedagang yakin bank sentral telah melangkah melalui bank-bank milik negara sejak pertengahan Juli untuk memperlambat laju penyusutan mata uang yuan, yang telah melemah 2,6 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.

Para analis memperkirakan tekanan pada yuan dan cadangan devisa berlanjut karena ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS tahun ini mendukung dolar AS.

“Data cadangan devisa lebih rendah tidak mengherankan mengingat intervensi aktif terlihat menjelang pertemuan G20 (di Tiongkok) di awal September,” kata Chester Liaw, ekonom Forecast Pte Ltd di Singapura.

“Dengan kenaikan suku bunga Fed kemungkinan sebelum akhir tahun, otoritas akan menjadi begitu sibuk mengatasi setiap lonjakan liar dalam dolar AS-yuan Tingkok yang dipicu oleh arus keluar modal, dan dapat diperkirakan cadangan devisa tetap pada jalur penurunan sampai akhir tahun.” Nie Wen, seorang ekonom di Hwabao Trust di Shanghai, mengatakan penurunan bulanan sebesar 10 miliar dolar AS hingga 20 miliar dolar AS pada cadangan devisa “akan menjadi normal.” “Tekanan ini relatif kecil dibandingkan dengan tahun lalu dan arus keluar modal skala besar akan berakhir … sebagian karena kontrol modal yang lebih ketat daripada tahun lalu.” Dampak dari pasokan dan permintaan valas tetap di bawah kontrol, Badan Valuta Asing Negara (SAFE) mengatakan baru-baru ini dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa pihaknya memperkirakan arus modal lintas batas tetap stabil dalam jangka menengah hingga jangka panjang.

Penjualan devisa neto oleh People’s Bank of China (PBoC) melompat ke tertinggi dalam lima bulan pada Juli, karena bank sentral berusaha untuk mendukung yuan setelah sempat menerobos level psikologis 6,7 terhadap dolar. Pada Rabu yuan diperdagangkan sekitar 6,66 yuan terhadap dolar AS.

Cadangan emas Tiongkok turun menjadi 77,18 miliar dolar AS pada akhir Agustus, turun dari 78,89 miliar dolar AS pada akhir Juli, data pada situs internet PBoC menunjukkan. (Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka