”Ini saya kira pendidikan terburuk yang dilakukan oleh negara kita saat ini,” cetusnya.
Keanehan kedua, menurut Lucius Karus, adanya putusan MA yang sudah ‘inkracht’ itu ternyata tidak sedikit pun menggoyahkan parpol untuk kembali mendukung Omaleng.
”Keanehan kedua ini sekaligus mengonfirmasi mengapa Eltinus Omaleng tetap bisa duduk manis di singgasana serta mulus untuk melanjutkan kekuasaannya,” katanya.
Lucius mensinyalir, parpol rupa-rupanya memang sudah tidak mau tahu terhadap apapun kasus terkait Omaleng.
”Omaleng bagi mereka adalah ’emas’, walaupun sudah ada pihak yang memastikan itu adalah ’emas palsu atau KW’. Tetapi yang palsu atau KW pun, jika harganya melambung, maka ia tetap sama berharganya dengan emas asli,” tegasnya.
Dengan kata lain, masih kata Lucius, parpol tampak hanya peduli pada harga atau nilai keuntungan dari emas. Bukan pada kualitas emas itu sendiri. Menurut Lucius, dalam kasus Omaleng tampak bahwa intervensi politik dan bahkan kekuasaan tampaknya sedemikian rupa dilakukan untuk menyokong sang petahana.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Andy Abdul Hamid