Jakarta, Aktual.co — Perdana Menteri David Cameron menang telak dalam pemilihan umum di Inggris, sekaligus membalik ramalan sejumlah jajak pendapat, yang memperkirakan pemungutan suara itu akan berlangsung ketat.
Pasar menanggapi positif kemenangan Cameron dan Partai Konservatif tersebut dengan kenaikan nilai mata uang poundsterling dan harga saham.
Jajak pendapat di Inggris memperkirakan tidak akan muncul pemenang mayoritas, sehingga memaksa Partai Konservatif dan Partai Buruh berupaya bergabung jika hendak membentuk pemerintahan.
Namun, hasil tersebut membuat masa depan Inggris di Uni Eropa semakin dipertanyakan karena pada masa kampanye, Cameron menjanjikan referendum keanggotaan negaranya di badan internasional penyatu benua biru tersebut.
“Saya ingin partai saya–dan pemerintahan yang akan saya pimpin–untuk mengambil kembali mandapat yang seharusnya tidak pernah hilang,” kata Cameron dikutip dari Reuters, Jumat (8/5).
Perhitungan hasil pemilu memang belum usai dengan beberapa puluh kursi parlemen dari total 650 yang belum ditentukan. Namun demikian, Partai Konservatif nampak akan memenangi kursi mayoritas untuk membentuk pemerintahan sendiri sejak 1992.
Sementara itu, di Skotlandia, partai Scotish National (SNP) hampir menyapu bersih jatah 56 kursi yang disediakan untuk wilayah yang pada tahun lalu baru saja memutuskan untuk tetap bergabung dengan Kerajaan Britania Raya tersebut.
SNP adalah pendukung kemerdekaan Skotlandia dan kemenangan besar dalam pemilu ini diperkirakan akan kembali memicu tuntutan untuk memisahkan diri dari Inggris.
Kerajaan Britania Raya terdiri atas Inggris, Skotlandia, Irlandia Utara, dan Wales.
Di sisi lain, akibat kekalahan telak yang diderita oleh Partai Buruh, politisi Ed Milliband diperkirakan akan segera mengundurkan diri dari jabatan ketua partai tersebut.
Pemilihan umum di Inggris juga memunculkan kekuatan baru dari partai anti-Uni Eropa UKIP yang berhasil meraup suara terbanyak ketiga. Namun demikian, partai itu hanya akan mampu memperoleh dua kursi parlemen karena sistem pemilu Inggris yang mengharuskan kandidat untuk mewakili satu distrik sehingga total suara tidak begitu berpengaruh.
Meski kalah dari suara total oleh IKIP, partai Liberal Demokrat akan memperoleh jatah kursi jauh lebih banyak.
Artikel ini ditulis oleh:















