Jakarta, Aktual.com — Perdana Menteri Inggris David Cameron bertemu dengan presiden Uni Eropa Donald Tusk di Downing Street pada Minggu (31/1) saat perundingan mencapai titik menentukan menjelang penentuan pendapat rakyat terkait apakah Inggris sebaiknya keluar dari kelompok itu.
Makan malam kerja itu dilakukan sebelum Tusk diperkirakan menerbitkan rancangan usul pada awal pekan ini tentang upaya memperbaiki hubungan Inggris dengan Uni Eropa, yang dapat digunakan Cameron untuk berkampanye melawan yang disebut Brexit, sebutan bagi yang ingin Inggris keluar dari Uni Eropa.
Pejabat Inggris berharap bahwa kesepakatan akhir dicapai dalam pertemuan di Brussels, yang dijawalkan pada 18 hingga 19 Februari, yang dapat membuka pintu ke arah penentuan pendapat pada Juni.
Namun, Cameron bersikeras bahwa dia berkeinginan menahan selama mungkin untuk mengamankan paket reformasi tepat, bahkan jika diperlukan, dia akan menunda referendum tersebut hingga September atau bahkan tahun depan.
Jajak pendapat saat ini memperlihatkan bahwa warga Inggris yang mendukung negaranya untuk keluar dari Uni Eropa hanya memiliki selisih jumlah yang sedikit dibanding mereka yang berpendapat sebaliknya.
Kunjungan Tusk dilakukan setelah Cameron mengadakan sebuah pertemuan mendadak dengan kepala Komisi Eropa, Jean Claude Juncker pada Jumat untuk mencoba dan menyelesaikan kekhawatiran utama pemimpin Inggris, yaitu mengurangi jumlah migran Uni Eropa yang memasuki Inggris.
Cameron ingin untuk dapat menggunakan sebuah “rem darurat” untuk mengekang jumlah dana yang dapat diklaim oleh para migran.
Dia muncul dari pertemuan itu dengan Juncker yang mengatakan bahwa meskipun terdapt adanya kemajuan, proposal yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut tidak cukup bagus.
Pada pertemuan Minggu dengan Tusk, Cameron akan menuntut hak untuk menggunakan “rem darurat” itu sesegera mungkin setelah pemungutan suara referendum apapapun untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa, surat kabar Inggris menuliskan pada Minggu.
Dia dilaporkan menambahkan bahwa proposal “rem darurat” saat ini tidak berjalan cukup jauh dan hanya akan menjadi solusi sementara semata.
Cameron telah menentukan empat sektor yang ingin dia reformasi, yaitu keuntungan para migran, perlindungan terhadap lebih banyaknya integrasi politik di Uni Eropa, perlindungan terhadap negara yang tidak menggunakan mata uang Euro seperti Inggris serta meningkatkan daya saing ekonomi.
Poin utama yang menjadi desakan Cameron adalah bahwa para migran Uni Eropa yang bekerja di Inggris harus menunggu selama empat tahun sebelum mengklaim suatu dana kesejahteraan.
Cameron berada di bawah tekanan dari Partai Konservatis sayap tengah-kanan miliknya yang memiliki sebuah kontingen kuat yang pesimis dengan Eropa, untuk kembali dengan sebuah kesepakatan yang kuat.
Surat kabar sayap kanan “Daily Telegraph” menyebut yang ditawarkan itu sebagai “bubur tipis” dalam artikel pada Sabtu.
“Jika Eropa tidak memberikan lebih, maka Cameron akan menarik kembali kesepakatan ke Inggris yang beberapa orang menganggapnya sebagai hal yang penuh dengan gerakan kosong dan membahayakan kampanye pro-Uni Eropa,” tambahnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka