Oleh karena itu, muncul ide holding dengan memasukkan PGN kedalam Pertamina, dan Pertagas dilebur ke PGN. Tetapi belakangan Pertamina mempertahankan keberadaan Pertagas dan menganggap ‘kantong kiri dan kanan’.
“Alasan holding katanya agar efisien, tapi bagaimana, Pertamina sendiri tidak mau anak usahanya dileburkan, inikan tidak fair. Tentu secara kinerja tetap tidak efisien dan mengingkari semangat holding,” kata Tri kepada Aktual.com Senin (15/1)
Tri mensinyalir keengganan Pertamina meleburkan Pertagas kedalam PGN lantaran anak perusahaan itu tidak siap menghadapi transparansi bisini dan keuangan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh PGN dengan 43 persen terdapat saham publik.
Lalu yang tak kalah menarik, Tri memperkirakan PT PGN akan tergerus dibawah Pertamina yang memabangun dualisme usaha pada binis yang sama.
“Gimana, di awal saja sudah begitu, nanti kebijakan induk holding berpotensi mengucilkan PGN dan malah merugikan PGN,” imbuhnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid