Seorang warga menggunakan kacamata yang telah dimodifikasi, untuk mengamati fenomena Gerhana Matahari Parsial (sebagian) dari Pantai Firdaus, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (9/3). Fenomena alam tersebut terjadi dengan durasi tidak kurang dari 2 jam 41 menit dan puncaknya terjadi pada pukul 08.49, dengan magnitudo 97.3%. ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/ama/16.

Jakarta, aktual.com – Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menganjurkan warga tidak mengamati gerhana matahari cincin dengan mata telanjang dan menyampaikan cara yang aman untuk menyaksikan gerhana pada 26 Desember 2019.

“Tidak disarankan dilihat dengan mata telanjang. Karena meskipun matahari tertutup bulan saat itu cahayanya masih menyilaukan. Yang paling aman adalah menggunakan kacamata matahari atau filter matahari,” kata peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa (24/12).

Intensitas cahaya matahari yang sangat kuat pada saat gerhana matahari cincin dapat merusak mata dan menyebabkan kebutaan, karena itu LAPAN menganjurkan penggunaan pelindung mata untuk menyaksikan fenomena alam tersebut.

Selain kacamata dengan filter matahari, kamera lubang jarum, teropong atau teleskop, dan kamera DSLR dengan filter khusus matahari bisa digunakan untuk mengamati gerhana matahari cincin.

Gerhana matahari cincin terjadi ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari serta bulan berada pada titik terjauh dengan bumi, membuat piringan bulan terlihat lebih kecil daripada matahari sehingga tidak sepenuhnya menutupi piringan matahari.

Menurut LAPAN, di Indonesia fenomena gerhana matahari cincin antara lain bisa diamati di Padang Sidempuan, Sibolga, Siak, Duri, Pulang Pedang, Pulau Bengkalis, Pulau Tebing Tinggi, Pulau Rangsang, Batam, Tanjung Pinang, Singkawang, Makulit, Tanjung Selor, dan Berau.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin