Mantan Relawan Teman Ahok memperlihatkan surat tigas dan struk transfer bank saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (22/6). Pola -pola yang dipakai relawan untuk memgimpulkan KTP dengan berbagai macam cara, seperti menggunakan data KTP untuk program KKS Jokowi, membeli dari oknum kelurahan, membeli KTP dari beberapa counter pulsa dan semakin banyak KTP yang dikumpulkan sebagian adalah KTP ganda. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Eks relawan TemanAhok yang mengaku bahwa adanya dugaan manipulasi dalam pengumpulan KTP untuk mendukung Basuki Tjahja Purnama (Ahok) sebagai petahanan pada Pilkada 2017 nanti, terus menjadi perhatian publik.

Salah satu para relawan TemanAhok untuk mengumpulkan KTP dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dikumpulkan untuk program KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) Jokowi, membeli dari oknum kelurahan atau RT, barter KTP dengan sesama rekrutmen TemanAhok di wilayah lain, sampai membeli KTP dari beberap counter pulsa.

Sekertaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani justru mengaku heran dengan hal itu. Terlebih, peristiwa ini terjadi setelah Ahok mendapatkan dukungan dari tiga partai politik meski sesumbar maju sebagai independen.

“Yang saya bingung adalah Ahok merasa digdaya sebagai calon independen, gak butuh partai, digebuk semuanya partai. Sekarang ngaku 1 juta, gak masalah, kok tiba-tiba sekarang butuh partai (politik),” kata Muzani, di Jakarta, Kamis (23/6).

Menurut dia, seharusnya kalau benar klaiman para relawan Ahok sudah mengumpulkan 1 juta KTP, kenapa tidak sesuai antara sikap dan kenyataan untuk tetap maju melalui jalur perorangan.

“Kalau sudah 1 juta dan kuat, itu kan sudah lebih, maju saja, maju tak gentar, gak usah cawe-cawe partai lagi, Gerindra pasti tak dukung,” ujar anggota dewan komisi I DPR RI itu.

“Artinya, jangan-jangan dia gak percaya diri dengan 1 juta KTP nya, makanya sowan terus ke Parpol. Ini sama saja dengan yang dilakukan Ahok ke Gerindra dulu, sowan terus, berkali-kali, puter terus, putar terus, begitu dia dapat, kabur,” pungkas Muzani.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Andy Abdul Hamid