Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam ke Istana Negara, Selasa, (1/11). Ormas Islam yang diundang adalah Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dalam pertemuan itu presiden didampingi Menkopolhukam, Menteri Agama, dan Mensesneg. Sementara tamu undangan yang hadir yaitu 10 orang perwakilan dari Muhamamadiyah, 10 orang dari MUI dan 10 0rang dari NU.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak salah satu yang hadir dalam pertemuan itu menceritakan dialog para ulama dengan presiden yang berlangsung sekira pukul 11.00 WIB.
Berikut cerita singkat dan catatan Dahnil Anzar Simanjuntak :
Suasana pertemuan menurut saya layaknya pertemuan resmi, Pak Presiden menyampaikan, pertama apa gerangan tujuan beliau mengundang para tokoh tersebut, dilanjutkan beberapa tokoh menyampaikan pandangannya.
Dalam Catatan saya setelah Pak Jokowi menyampaikan pendahuluan, dilanjutkan oleh Ketum MUI, kemudian Ketum NU, dan Ketum Muhammadiyah. Dan Salah Seorang Ketua PP Muhammadiyah, Pak Goodzubir menyampaikan pesan beliau. Dilanjutkan Pak Presiden memberikan respon.
Singkatnya, semua tokoh agama menyampaikan Bahwa proses Hukum harus dilakukan dengan adil dan berkeadilan, Bahkan Pak Haedar (Ketua Umum Muhammadiyah) menyampaikan, sengketa Publik Bisa memperoleh Titik moderat bila Jalur Hukum dilakukan dengan adil, dan kami fokus pada bagian itu.
Namun, Pak Haedar menyampaikan pesan, “Penting juga agaknya Pak presiden menularkan keteladanan kepada para Kepala daerah seluruh Indonesia agar tidak Asal ucap, dan tidak ceroboh dalam menggunakan kata-kata”.
Menjawab pernyataan para tokoh tersebut Pak Presiden menyatakan;
Sebagai Presiden saya tidak akan melakukan intervensi apapun terhadap proses Hukum, klo tidak berjalan dengan baik baru saya Turun tangan. Saya tidak melindungi Ahok, saya bertemu dengan Ahok dalam kaitan Sebagai Presiden dan gubernur saja.
Setelah Pak Joko Widodo menjawab, saya angkat tangan mohon izin untuk menyampaikan sesuatu.
Saya perkenalkan diri, “Saya Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Pak Presiden izinkan saya menyampaikan dua Hal. Pertama adalah pertanyaan, kedua adalah Saran.
Pertama. Mengapa Pagi ini tokoh-tokoh Agama yang diundang pada Pagi Hari ini hanya dari Muhammadiyah, MUI dan NU? Karena Ada kesan diluar sana Pak Presiden sedang memecah belah kami umat Islam, Karena diluar sana pasti berkembang perspektif Muhammadiyah, MUI dan NU sudah dikangkangi oleh Presiden. Mereka pasti tidak bisa bersikap obyektif lagi, Padahal Seperti Pak Presiden ketahui sikap Muhammadiyah, MUI dan NU sudah jelas, mengapa saudara-saudara kami yang ingin memobilisir demo itu tidak diundang juga, saya Kira alangkah baiknya dan arifnya jika Mereka diundang dan diajak Untuk berdialog, tidak Cuma kami.”.
“Kedua, Pak Presiden, Publik kecewa, agaknya penting Pak Presiden menyatakan dengan tegas dan terang Bahwa kita Akan tindak secara Hukum bila Ahok betul menistakan keberagaman dan Islam. Pidato Seperti itu penting Pak Presiden sampaikan Seperti seterang dan tegas bapak menyampaikan Akan lawan Pungli se rupiah pun, agar UMAT tenang dan yakin, Mereka butuh sikap terang dari bapak. Demikian Pak Presiden, mohon maaf dengan sangat bila tidak perkenan, Maklum saya yang paling Muda disini”.
Setelah pernyataan saya tersebut Pak Presiden menyampaikan;
“Penting Hari ini kita membangun kultur Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya yang kuat untuk menjawab masalah kesenjangan antar wilayah, nah salah satunya ya melalui revolusi mental itu. Hari ini kita terlalu banyak memproduksi Undang-undang dan mohon maaf Orientasinya proyek. Dikit-dikit hukum, dikit-dikit Hukum Padahal nilai Etika diatas hukum maka Revolusi mental penting. Demikian ya, Terimakasih.”
Akhirnya pertemuan ditutup Pak Presiden Joko Widodo dengan diakhiri sesi foto, dan terus terang saya Senang bisa menyampaikan pesan dan kritik langsung kepada Pak Joko Widodo, walau tidak dijawab dengan terang.
(Laporan: Fadlan Butho)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka