“Ongkos buruh yang mengatur lembaran tembakau rajangan bisa Rp 1.000 per bidig. Jadi tembakau bukan sekadar dari petani langsung pedagang, tapi ada proses perajangan dan penjemuran,” tutur Misbakhun.

Selanjutnya, wakil rakyat asal Pasuruan itu mengunjungi Desa Gondo Sulih untuk menemui Samsudin (36) yang berprofesi sebagai pedagang tembakau rajangan. Dalam seminggu sekali, bapak dua anak itu menjual tembakau rajangan ke gudang pabrik rokok di daerah Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Paling tidak, seminggu sekali pula Samsudin menyetor 10 ton tembakau rajangan ke gudang pabrik rokok. Harga 10 ton tembakau itu tak kurang dari Rp 30 juta, bahkan terkadang bisa mencapai Rp 36 juta.

Tapi Samsudin mengeluhkan pengambilan sampel oleh pihak gudang pabrik rokok yang mencapai 1 hingga 1,5 kilogram untuk setiap bal tembakau. Praktis, berat per bal tembakau pun susut.

Sayangnya, berkurangnya bobot itu menjadi tanggungan Samsudin. “Keluhannya karena harga dua kilogram tembakau bisa mencapai Rp 60 ribu hingga Rp 75 ribu,” tutur Misbakhun.

Meski demikian Samsudin bisa sejahtera. Apalagi saat tidak sedang musim tembakau, Samsudin berdagang beras dan jagung.

Samsudin pun mampu mengirim anak-anaknya menimba ilmu di pondok pesantren modern yang bagus. Kini Samsudin sedang berikhtiar agar bisa melaksanakan ibadah haji.

“Rupiah demi rupiah dikumpulkan oleh para petani, buruh tani, buruh rajangan dan buruh penjemuran tembakau rajangan. Tembakau adalah bagian kehidupan dan sumber kehidupan mereka,” pungkas politikus yang gigih membela kebijakan Presiden Joko Widodo itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara