Pelaksana Tugas Deputi Bidang Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi Sukaryo Teguh Santoso (paling kanan memukul gong) pada pertemuan nasional tim kerja bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (KBKR) di Denpasar, Bali, pada Selasa (20/2/2024). (ANTARA/HO-BKKBN)

Jakarta, Aktualcom – Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasionanal (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso menyatakan kontrasepsi atau KB pascapersalinan berperan penting untuk mencegah stunting.

“Program KB yang tepat juga dapat membantu merencanakan keluarga dan KB pasca persalinan dalam 42 hari setelah melahirkan memegang peranan penting dalam pencegahan stunting,” kata Teguh dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (22/2).

Pernyataan tersebut disampaikan Teguh dalam pertemuan nasional tim kerja bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) di Denpasar, Bali, pada hari Selasa (20/2). Pertemuan penyelarasan Program KBKR tersebut diselenggarakan dari 20 hingga 23 Februari 2024.

“Program ini (KB) memberikan jeda yang cukup antar-kehamilan, memungkinkan kondisi dan kesehatan ibu pulih sepenuhnya, dan memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal,” ujar Teguh.

Pada pertemuan tersebut, Teguh juga menekankan hal-hal prioritas yang perlu diperhatikan, khususnya dalam percepatan penurunan stunting.

“Stunting merupakan ancaman terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia masih punya pekerjaan rumah mendasar dalam peningkatan kualitas SDM,” ucapnya.

Teguh juga menegaskan bahwa pencegahan stunting harus dilakukan sejak sebelum pernikahan, dengan upaya seperti pencegahan anemia dan kurang energi kronik yang harus dilakukan sejak usia remaja putri. Program pendampingan, konseling, dan pemeriksaan kesehatan juga wajib dilakukan calon pengantin, dimulai tiga bulan sebelum menikah.

“Jika seorang ibu hamil terlalu muda atau terlalu sering hamil dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini dapat mengakibatkan risiko stunting pada anak-anak yang dilahirkan,” paparnya.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa ibu hamil menerima perawatan kesehatan prenatal yang memadai, termasuk pemantauan status gizi dan edukasi gizi, serta menghindari kehamilan yang terlalu sering atau terlalu dekat antara satu kehamilan dengan kehamilan berikutnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan