Blitar, Aktual.com – CEO Arema Indonesia, Iwan Budianto menilai Suharno yang merupakan sosok pelatih yang gigih dan jujur, dan ia pun merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya pelatih itu.
“Buat saya yang pasti, pelatih ini pelatih yang gigih, jujur. Suharno ini menjadi salah seorang orang terdekat dengan saya yang selalu membesarkan hati saat carut marut seperti sekarang,” kata Iwan kepada wartawan saat di rumah duka, di Desa Mandesan, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Kamis (20/8).
Iwan mengatakan, Suharno selalu memberikan hal yang positif. Dia merasa tenang, karena pelatih itu selalu bersikap optimistis di setiap kesempatan. Hal itu misalnya saat tidak adanya kejelasan kompetisi sepak bola seperti sekarang, adanya sanksi dari FIFA, maupun sanksi dari pemerintah terhadap sepak bola di Tanah Air.
Diakuinya sebelum sakit dan meninggal dunia, Pelatih Suharno sempat memberikan laporan kepadanya terkait dengan latihan pemain, termasuk siapa saja yang berlatih, maupun kondisi mereka.
“Beliau juga masih sempat membesarkan hati saya, agar tetap semangat bahwa sepak bola akan pulih kembali,” kata Iwan.
Iwan menilai, Suharno merupakan sosok pahlawan bagi keluarga, karena ia meninggal dunia saat mencari nafkah untuk keluarga. Selain itu, ia juga pahlawan untuk Arema, karena ia meninggal dunia setelah memimpin latihan dan saat meninggal pun masih menggunakan seragam pelatih Arema.
Pelatih Arema Cronus, Suharno, meninggal dunia pada usia 55 tahun di Puskesmas Pakisaji, Kabupaten Malang, Rabu (19/8) petang. Meninggalnya Suharno diketahui secara mendadak setelah mantan pelatih Persegres Gresik United itu pulang melatih tim berjuluk “Singo Edan” di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Suharno diketahui mengeluh sakit saat perjalanan pulang setelah latihan. Ia lalu dibawa ke Puskesmas Pakisaji untuk mendapatkan perawatan medis dengan diberikan bantuan oksigen.
Namun upaya tersebut tidak berhasil dan sekitar pukul 19.40 WIB pelatih yang dikenal dekat dengan suporter Arema atau biasa disebut dengan Aremania itu meninggal dunia.
Jenazah Suharno dibawa ke rumah duka, di Desa Mandesan, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar.
Jenazah Suharno dimakamkan di pemakaman keluarga, di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis, sekitar pukul 10.00 WIB.
Keluarga pun juga sangat berduka dengan kepergian almarhum. Walaupun masih kaget, karena wafat secara mendadak, tapi mereka berusaha tegar.
Suharno juga dikenal cukup ramah dan terbuka bila berjumpa atau diminta konfimasi wartawan terkait strategi yang akan diterapkan dalam pertandingan.
Selain itu, gaya melatih dan berpakaiannya juga terlihat tidak terlalu formal, sehingga membuat kedekatan dengan pemain dan anggota tim lainnya merasa seperti keluarga, karena seperti tidak ada jarak.
Selama kariernya, Suharno pernah menangani beberapa tim seperti Gelora Dewata, Persema Malang, PSS Sleman, Deltras Sidoarjo, Persis Solo, Persegres Gresik United Persibo Bojonegoro, dan Arema Cronus.
Meninggalnya Suharno, menjadi pekerjaan rumah bagi manajemen Arema, sebab saat ini tim kebanggaan warga Malang Raya itu sedang mengikuti Piala Presiden 2015, serta bertindak sebagai tuan rumah Grup B bersama Sriwijaya FC, Persela Lamongan, dan PSGC Ciamis.
Artikel ini ditulis oleh: