Jakarta, Aktual.com – Kementerian BUMN mencopot sejumlah direksi di PT Pertamina (Persero) pada beberapa waktu lalu. Tak tanggung-tanggung, selain Elia Massa Manik yang menjabat sebagai direktur utama (dirut), ada empat direksi lain yang ikut dicopot. Empat direksi tersebut yaitu Much Iskandar, Toharso, Dwi W Daryoto, dan Ardhy N Mokobombang.

“Ada satu hal yang unik, direksi yang diganti mayoritas adalah orang-orang yang dahulu dipromosikan oleh Ahmad Bambang, mantan wakil dirut Pertamina yang kini duduk sebagai salah satu deputi di Kementerian BUMN,” kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman di Jakarta, Minggu (22/4).

Lebih lanjut dikatakan, jajaran direksi Pertamina yang konon dipromosikan Ahmad Bambang dan kini dicopot adalah Much Iskandar (direktur Pemasaran Korporat), Toharso (direktur Pengolahan), dan Ardhy N Mokobombang (direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia).

“Bahkan kawan dekat Ahmad Bambang, Dwi W Daryoto (direktur Manajemen Aset), juga ikut dicopot. Lalu, ‘orang-orang’ yang jadi direksi sekarang ini siapa ? Sepertinya mereka orang-orang yang profesional dan independen, bukan titipan siapapun,” ujar Yusri.

Dirinya berharap tim manajemen baru lebih solid dan dengan harapan kedepan Pertamina bisa melakukan transformasi bisnis dan budaya kerja sesuai tantangan ke depan agar bisa mengejar ketertinggalan memperbaiki infrastruktur, seperti proyek RDMP (Refinery Develoment Masterplan Project) dan bangun kilang baru (grassroot) serta terminal LPG, termasuk mampu menjalankan semua misi Pemerintah Jokowi untuk menyediakan BBM berkualitas dengan harga sama di seluruh Indonesia.

Menurutnya, keempat orang yang konon ‘dipromosikan’ dan kawan dekat Ahmad Bambang kemudian diganti oleh Budi Santoso Syarif (direktur Pengolahan), dan Basuki Trikora Putra (direktur Pemasaran Korporat). Kemudian, M Haryo Junianto (direktur Manajemen Aset), dan Heru Setiawan (direktur Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia). Selain keempat nama baru itu masuk juga nama Gandhi Sriwidodo (direktur Infrastruktur).

Beberapa pihak masih ada yang mengaitkan direksi baru dengan Ahmad Bambang. Namun, terbukti empat sahabatnya terdepak oleh “RUPSLB” Jumat keramat pada 20 April 2018 lalu.

Sebelumnya, Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng dalam konferensi pers soal pergantian direksi mengungkapkan, khusus untuk pergantian direksi dari direktur Utama, direktur Pengolahan, direktur Megaproyek, direktur pemasaran, dan direktur Manajemen Aset dilakukan setelah dilakukan kajian oleh jajaran komisaris terkait kondisi terkini.

“Jajaran komisaris melihat proyek kilang dan mega proyek harus dilakukan kajian perubahan biaya. Pasalnya, harga minyak mentah terus naik sehingga mempengaruhi biaya yang bakal dikeluarkan oleh Pertamina juga,” jelas dia.

Komentar Tanri, diperlukan penanganan secara intensif agar semua proyek bisa dijalankan. “Selain itu, ada pula terkait putusnya pipa bawah laut di Balikpapan yang menjadi salah satu kajian terkait pergantian direksi kali ini,” ujar Tanri.

Faktor lain, lambannya perkembangan proyek kilang dan terjadinya kelangkaan premium disebut salah satu yang menyebabkan beberapa direksi lama itu harus diganti. Secara umum, pergantian ini disebut sebagai rangkaian dari semua aspek pembentukan holding migas.

Tanri pun menyebutkan, perseroan bisa saja mengubah target dari rencana kerja dan proyek-proyek dengan pergantian direksi ini.

“Semua akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini,” ucap dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka