Amerika Serikat, Aktual.com – Sekitar 98 juta orang di Amerika, sudah divaksinasi COVID-19. Sebagian kecil dari mereka bahkan sudah mendapat dua dosis vaksin. Namun, sejumlah penerima vaksin masih belum yakin mereka sudah memiliki antibodi yang melindungi mereka dalam menghadapi pandemi yang berkepanjangan ini.
Kecenderungan tersebut juga terjadi di sebagian orang perantauan atau diaspora Indonesia di Amerika. Dilansir dari VOA Indonesia, ketidakyakinan tersebut berkait erat dengan keberhasilan vaksin dalam pembentukan antibodi.
Dita Nasroel Chas adalah seorang petugas kesehatan dan tenaga medis yang turut langsung menangani pasien COVID-19 di satu rumah sakit di negara bagian Texas. Dita yang bertugas sebagai koordinator Proactive Community Testing (PCT), mengatakan sebagai seorang Muslim, vaksinasi merupakan ikhtiar dalam menghadapi pandemi, tentu dengan ikut menjalani protokol kesehatan secara tertib. Namun, ia belum bisa 100 persen mengetahui apakah ia kini telah memiliki antibodi sepenuhnya.
Ketidakyakinan Dita juga ikut dirasakan Meutia Hediyanti. Tenaga administrasi penjadwalan ulang pasien pada Urgent Care Clinic di Madison, Wisconsin, ini masih belum sepenuhnya yakin pada keampuhan vaksin. Dirinya tetap berhati-hati dan terus menjalani protokol kesehatan, terutama dalam pekerjaan sehari-hari yang mengharuskannya berdekatan dengan pasien dengan gejala COVID-19.
“Memang iya sih, jadi walaupun lebih tenang gitu, tapi kan si vaksin ini kan bakalan bekerja dua minggu setelah divaksin gitu ya. Gak langsung ternyata, jadi dua minggu sesudah itu baru kita dibilangin bahwa antibodi itu benar-benar bekerja gitu,” kata Meutia.
Di Virginia, Erwin Rianditama termasuk pekerja penting karena ia bekerja dalam bidang layanan makanan. Setelah divaksinasi, ia merasa tenang namun tetap berhati-hati dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Baginya ini merupakan tugas patriotis sekaligus keagamaan. Kalaupun ada efek samping, menurutnya, bisa digunakan sebagai penelitian untuk menyempurnakan vaksin-vaksin pada masa depan.
Lain halnya dengan Shirly Miner, guru SMA di Viginia. Sejauh ini, Shirly sudah mendapatkan dua dosis vaksin. Dia mengaku tidak merasakan efek samping, meskipun sempat merasakan demam ringan setelah menerima suntikan kedua.
“Iya kayaknya sih merasa lebih tenang sih. Cuma ya karena sekolahnya juga on high alert gitu kan, jadi ya tetep waspada,” katanya.
Dosis vaksin kedua yang diterima Shirly ini sejalan dengan kebijakan negara bagian Virginia yang membuka kembali sekolah bagi para siswa. Kini, para siswa kembali hadir secara fisik dan mengikuti kegiatan belajar secara langsung.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson