Perjalanan ini juga tidaklah mudah, dari jalan antar kecamatan yang akan diaspal itu, turun ke arah lembah dengan membelah hutan bambu sampai ke dasar kemudian berbelok ke kanan dan melintas jembatan. Di situlah dusun Apit Aiq berada.
Perjalanan turun ke Dusun Orong, Desa Batu Layar, dari Ait Aiq, tidak kalah menegangkan karena di kiri jalan terpampang jurang dalam dan di seberang terlihat punggungan gunung yang tadi telah dilewati menuju Dusun Pelolat. Dari atas terlihat tenda-tenda bertebaran di lereng punggung seberang.
Untuk dusun yang satu ini, saat ini menyisakan hanya tinggal enam rumah saja dari 132 rumah yang ada, sisanya warga terpaksa tinggal di tenda alakadarnya di sela-sela bangunan yang sudah roboh.
Rumah tembok milik warga tampak berserakan saat kendaraan menjelang mencapai dusun tersebut. Lokasi setiap rumah itu, tidak bergerombol melainkan berjauhan atau paling tidak sekitar 10 sampai 20 meter. Warga pun mendirikan rumah dengan memanfaatkan tanah berkontur rata.
Warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh bangunan, saat ini tinggal di tenda darurat. Tenda yang dimiliki itu memanfaatkan terpal bekas karena sampai sekarang bantuan dari pemerintah tak kunjung tiba.
Warga menyebutkan rumah di dusun itu hancur lebur pasca terjadi gempa 7 Skala Richter yang terjadi pada Minggu (5/8), sampai masjid yang selama ini dimanfaatkan warga tidak luput rusak.
“Sekarang ini, tinggal tersisa enam rumah saja dari 132 rumah yang semula ada,” kata mantan Kepala Dusun Apit Aiq, Bahrain Arhap Hidayat di lokasi.
Selain itu, terdapat beberapa warga juga yang memanfaatkan kandang merpati yang panjangnya seukuran orang dewasa, dijadikan rumah tempat tinggal sementara. “Burung merpatinya di luar saja, kita bersihkan. Lumayan untuk beristirahat,” kata Alamin.
Ironisnya, sampai sekarang warga baru mendapatkan bantuan beras saja dari pemerintah yakni sebanyak tiga kilogram untuk enam kepala keluarga, untuk lauk pauknya tidak ada. “Kami pun memanfaatkan talas, bagi yang tidak punya talas makan kelapa muda,” katanya.
Dia sudah beberapa kali mencoba mendatangi kantor desa untuk meminta bantuan makanan. Tapi sampai sekarang tidak ditanggapi, katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby