Beijing/Taipei, Aktual.com – Kementerian Luar Negeri China mengancam akan membalas setiap langkah yang mengacaukan kepentingan utamanya, menyusul pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo yang menyebut Taiwan “bukan bagian dari China”.

Ketika berbicara di Beijing, Jumat (13/11), Juru Bicara Kemlu China Wang Wenbin mengatakan Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipindahtangankan dari China, dan bahwa Pompeo semakin merusak hubungan China dan AS.

“Kami dengan sungguh-sungguh memberi tahu Pompeo dan orang-orang sejenisnya, bahwa setiap perilaku yang merusak kepentingan inti China dan mengganggu urusan dalam negeri China akan ditanggapi dengan serangan balik yang tegas oleh China,” tegasnya.

China telah menjatuhkan sanksi kepada perusahaan AS yang menjual senjata ke Taiwan, dan menerbangkan jet tempur di dekat pulau itu ketika pejabat senior AS mengunjungi Taipei tahun ini.

Pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada 1949 setelah kalah dalam perang saudara dengan kelompok komunis, yang mendirikan Republik Rakyat China.

Juru bicara kementerian luar negeri Taiwan, Joanne Ou, berterima kasih kepada Pompeo atas dukungan menlu AS itu.

“Republik China di Taiwan adalah negara yang berdaulat, merdeka, dan bukan bagian dari Republik Rakyat China. Ini adalah fakta dan situasi saat ini,” ujar dia.

Sebelumnya, Pompeo mengatakan bahwa Taiwan tidak menjadi bagian dari China.

“Itu diakui dengan pekerjaan yang dilakukan pemerintahan (mantan presiden AS) Reagan untuk menjabarkan kebijakan yang telah ditaati Amerika Serikat selama tiga setengah dekade,” kata dia dalam wawancara radio di AS pada Kamis (12/11).

China menganggap Taiwan sebagai masalah paling sensitif dan penting dalam hubungannya dengan AS, dan telah dibuat marah oleh peningkatan dukungan pemerintahan Trump untuk pulau yang diklaim China namun diperintah secara demokratis itu.

AS terikat oleh hukum untuk memberi Taiwan sarana untuk membela diri, dan secara resmi hanya mengakui posisi China bahwa Taiwan adalah bagian darinya, daripada secara eksplisit mengakui klaim China. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin