Ilustrasi bursa saham China (Foto: Ist)

Jakarta, Aktual.com — Bank sentral China memprediksi laju pertumbuhan ekonomi China ‘sangat normal’ di 6-7 persen dalam beberapa tahun kedepan.

Berdasarkan keterangan wakil gubernur Bank Rakyat China, Yi Gang, China akan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 6-7 persen selama tiga sampai lima tahun ke depan.

“Pertumbuhan ekonomi China di masa depan masih akan relatif cepat. Sekitar enam hingga tujuh persen, ini masih sangat normal,” katanya dalam konferensi di Beijing, sabtu (24/10)

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini melakukan kebijakan pelonggaran moneter paling agresif sejak mengalami krisis keuangan 2008/09.

Yi mengatakan, China akan menurunkan rasio persyaratan cadangan bagi bank, jumlah uang kreditur utama harus tetap di tangan – pada “normal” kecepatan.

“Rasio persyaratan cadangan kami masih pada tingkat yang relatif tinggi sehingga masih ada ruang untuk menurunkannya. Di masa depan, kita akan melanjutkan untuk menurunkan rasio persyaratan cadangan bagi bank dengan kecepatan normal,” katanya.

Yi mengatakan PBOC berencana untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang wajar untuk mengurangi beban utang perusahaan, dan menegaskan bahwa liberalisasi suku bunga tidak berarti bahwa bank sentral akan mengurangi regulasi tarif.

China juga akan terus menetapkan suku bunga kredit dan deposito patokan untuk beberapa waktu, tetapi angka tersebut tidak akan membatasi harga pasar.

Data yang dirilis menunjukkan ekonomi China pada kuartal Juli-to-September tumbuh 6,9 persen dari tahun sebelumnya, di bawah 7 persen untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global. Yi mencatat bahwa pasar saham China, yang telah jatuh tajam sejak Juni, telah menyelesaikan sebagian besar penyesuaian Yuan.

“Setelah 11 Agustus, niat kami adalah untuk mengejar reformasi pasar. Tapi setelah itu, kami menyadari ada tekanan depresiasi relatif besar (pada yuan), jadi kami memutuskan untuk tegas menstabilkan yuan,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa China tidak memiliki tingkat utang yang sangat tinggi, sehingga bank tidak terlalu cemas tentang pemotongan tingkat leverage dalam perekonomian.

“Saya sekarang juga berfokus pada tingkat leverage di pasar utang China,” demikian pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka