Jakarta, Aktual.com — Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akhirnya jatuh ke tangan China. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang menetapkan Cina sebagai pihak yang akan mengerjakan proyek KA Cepat Jakarta tidak beretika. Menteri Rini dinilai berbagai kalangan tidak memberikan ruang yang terbuka, jujur dan transparan terhadap Cina dan Jepang untuk berkompetisi.
“Penetapan China sebagai penggarap proyek kereta cepat tidak ada ruang beauty contest yang baik dan terbuka, tiba tiba Rini menetapkan Cina sebagai pemenang setelah 3 bank BUMN menandatangani utang baru dari CDB sebesar USD3 Miliar. Menteri Rini tidak pernah terbuka ke publik serta terkesan tidak jujur dan menutupi sesuatu,” ujar Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean di Jakarta. Jumat (2/10).
Menurutnya, keputusan menteri Rini akan memiliki dampak yang tidak kecil dan ringan bagi masa depan investasi di Indonesia.
“Kebijakan tersebut akan mengancam dan terganggunya hubungan Indonesia dengan Jepang, dan berpotensi membuat ketegangan baru antara Cina dan Jepang yang memang sejak lama kurang baik hubungannya. Ini berbahaya dan mengancam stabilitas,” ujar Ferdinand.
Dirinya menilai kebijakan Menteri Rini tersebut luar biasa. Pasalnya, Rini tidak perduli dengan risiko-risiko yang akan merugikan bangsa ke depan. Rini sudah menerapkan cara cara berinvestasi yang tidak sehat dan tidak beretika.
“Jepang adalah negara yang sejak lama sudah berinvestasi besar di Indonesia. KA cepat Cina juga belum teruji setangguh KA cepat dari Jepang yang sudah 50 tahun lebih menggunakan teknologi ini dengan zero accident. Rini jangan mengabaikan begitu saja faktor keselamatan manusia hanya karena mungkin punya ekspektasi tertentu dalam proyek ini,” ungkapnya.
Dirinya meminta Presiden Jokowi mengambil langkah bijak terhadap masalah ini, dengan membatalkan proyek ini untuk sementara dan melakukan tender ulang bagi investor yang berminat di proyek ini.
“Proyek ini tidak ada nilai urgensinya, proyek ini tidak harus dilakukan sekarang, lebih baik tunda hingga ekonomi global membaik,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka