Jakarta, Aktual.com-Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, Rabu (19/10) menyebut Jepang telah melakukan pengingkaran tanggung jawab dengan menahan pendanaan tahun ini untuk badan warisan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNESCO, terkait dengan sengketa pembantaian di Nanjing pada tahun 1937.
Padahal sejak tahunlalu UNESCO telah memutuskan pembantaian di Nanjing oleh serdadu Jepang sebagai “Memory of the World”.
Hua mengatakan mengatakan pembantaian itu adalah kejahatan berat dan bukti sejarah, yang diakui masyarakat internasional, dan keputusan UNESCO memasukkannya ke daftar tersebut adalah tindakan benar.
“Yang dikatakan Jepang dan dilakukan sekali lagi menelanjangi sikap salah mereka dengan tidak mengakui sejarah,” kata Hua dalam jumpa pers harian di Beijing, “Tidak membayar dana untuk UNESCO untuk memberikan tekanan adalah tidak bertanggung jawab. Mereka tidak akan mencapai tujuan.” Hubungan China dengan Jepang, ekonomi dunia terbesar kedua dan ketiga, diganggu dengan sengketa teritorial atas sekelompok kecil pulau di Laut Cina Timur dan warisan agresi masa perang Jepang.
China mengatakan pasukan Jepang menewaskan 300.000 orang pada tahun 1937 di ibu kota saat itu, Nanjing. Pengadilan pascaperang Sekutu menyebutkan korban tewas adalah 142.000 orang, tetapi beberapa politisi Jepang yang konservatif dan akademisi membantah terjadinya pembantaian.
UNESCO menetapkan program “Memory of the World” pada 1992 untuk melindungi dokumen dan bahan sejarah penting. Jepang pada tahun lalu mempertanyakan keaslian dokumen Pembantaian Nanjing, yang disampaikan organisasi China untuk dimasukkan dalam program itu dan meminta keadilan dan keterbukaan, yang memicu kemarahan China.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara