Jakarta, Aktual.com — Harga minyak dunia turun untuk keempat sesi berturut-turut pada Selasa (10/11) pagi WIB, karena para pedagang mempertimbangkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan global oleh OECD dan penurunan impor minyak mentah Tiongkok terhadap persediaan yang berlimpah.
Setelah kehilangan lebih dari dua dolar AS per barel pekan lalu, patokan AS minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 42 sen menjadi berakhir di 43,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, patokan global, merosot menjadi 47,19 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 23 sen dari penutupan Jumat.
Organisasi untuk Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi (OECD) memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan global tahun ini sedikit, menjadi 2,9 persen, tetapi mengurangi proyeksi untuk 2016 sebesar 0,3 persentase poin menjadi 3,3 persen, mengutip stagnasi perdagangan sebagian besar disebabkan oleh pelambatan di Tiongkok.
Impor minyak mentah Tiongkok turun menjadi sekitar 6,23 juta barel per hari pada Oktober, tingkat terendah dalam lima bulan, Bloomberg News melaporkan.
Tim Evans, analis energi berjangka di Citi Futures, mengatakan laporan OECD “setidaknya … merupakan faktor pembatas pada berapa banyak pertumbuhan permintaan minyak bumi bisa kita perkirakan, dalam laporan bulanan dari DoE, OPEC, dan Badan Energi Internasional (IEA) yang akan keluar minggu ini.” Anggota utama OPEC, Arab Saudi — yang pendapatannya telah merosot akibat penurunan harga minyak — pada Senin memperingatkan krisis pasokan setelah investasi energi besar dibatalkan karena penurunan tajam harga minyak.
“Sekitar 200 miliar dolar AS investasi di energi telah dibatalkan pada tahun ini,” wakil menteri perminyakan Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan dalam pertemuan meja bundar para menteri energi Asia di Doha.
Dia mengatakan perusahaan-perusahaan energi berencana untuk memotong antara 3,0-8,0 persen investasi mereka pada tahun depan.
“Ini adalah pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an bahwa industri minyak dan gas akan memotong investasi mereka dalam dua tahun berturut-turut,” kata Abdulaziz.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan