Jakarta, aktual.com – Cicit pendiri Nahdlatul Ulama K.H. Fahmi Amrullah Hadzik menegaskan bahwa NU didirikan bukan untuk mengejar kekuasaan, sehingga ia meminta agar Nahdliyin bijak dan beradab dalam berorganisasi.
“Para muassis dan ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama, sudah memiliki tradisi yang luhur dalam berorganisasi. Nilai-nilai yang diwarisi dari Kanjeng Nabi Muhammad,” ujar Fahmi Amrullah dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/12).
Belakangan, hasrat dan ambisi segelintir orang untuk menyalurkan aspirasinya dalam berorganisasi di lingkungan Nahdlatul Ulama, memicu keprihatinan para ulama.
Hal tersebut dipicu mengenai beberapa kader NU yang bersekongkol hendak menggelar Musyawarah Luar Biasa (MLB).
Ia mengingatkan agar semua kader NU dapat menjadi teladan, menjaga keadaban dan sopan santun dalam berorganisasi.
Menurutnya, para perintis, para muassis, sesepuh, dan ulama di lingkungan NU sudah menyediakan pola dan tatakrama dalam menjalankan jam’iyah dan mengelola jamaah.
“NU itu, tujuan pendiriannya untuk membangun peradaban masyarakat dalam beragama. Agar apa? Agar masyarakat dapat hidup rukun sebagai warga negara. Mari kita memberikan contoh yang baik sebagai organisasi yang penuh sopan santun serta beradab dengan kesabaran,” kata dia.
Ia mengingatkan kepada warga dan kader NU, pantang menjadikan NU sebagai alat mengincar suatu jabatan tertentu. NU, adalah wadah membangun karakter kemanusiaan dengan menanamkan nilai agama demi terbangunnya suatu peradaban.
“Mematuhi asas-asas berorganisasi adalah termasuk dalam nilai-nilai luhur yang dapat membantu terbentuknya sebuah peradaban,” kata dia.
Taat pada peraturan, AD dan ART, serta ketentuan organisasi, kata Fahmi, juga jadi penanda bagi seorang kader telah memahami ajaran kenabian dalam mengelola masyarakat dan umat.
“Lebih baik bersabar. Tidak akan lama kok, toh tinggal dua tahun lagi masa khidmat kepengurusan saat ini. Paling 2026 akhir atau awal tahun 2027 akan dilakukan pemilihan,” kata dia.
Apabila MLB tetap dipaksakan, akan menjadi contoh yang buruk buat generasi mendatang dan NU tidak berbeda dengan organisasi yang hanya untuk kepentingan sesaat atau kekuasaan.
“Mari kita sama-sama berpikir dengan tenang dan jernih. Jika MLB dipaksakan, selain membuang energi, juga akan sulit dilakukan,” katanya.
Bahkan, katanya, MLB akan sulit dilaksanakan, karena setidaknya mesti dapat persetujuan 50 persen plus 1 PCNU serta jajarannya.
Saat disinggung asal mula munculnya gagasan MLB, Fahmi menjelaskan hal ini karena adanya kekecewaan beberapa orang yang berseberangan dengan PBNU, serta mau melibatkan NU sebagai organisasi politik praktis.
Wacana MLB ini, katanya, tidak murni karena urusan organisasi, tapi lebih karena ambisi orang per orang semata.
“Jangan bawa NU ke ranah politik dan alhamdulillah dalam proses pilkada serentak kemarin kita lolos tidak melibatkan NU ke politik praktis. Khususnya PCNU Jombang, bahkan yang jadi calon dua-duanya kader NU,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain