Jakarta, Aktual.com — Pengamat Teroris dari Certified Internasional Investment Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan pola yang dimainkan 7 pelaku teror Bom Thamrin merupakan pola baru. Pasalnya, teror dilakukan secara terbuka di depan publik dengan tampilan penyamaran atau kamuflase.
Menurut Harits, pola ini juga sekaligus menunjukkan eksistensi keberadaan kelompok teror mereka. Dengan menampilkan teror semacam pertunjukan, pelaku bisa dianggap sebagai sosok inspiratif bagi kelompok-kelompok gerakan teror lain.
“Aksi yang mereka lakukan dengan pola ekspose, semacam ‘show’. Dengan ini mereka semakin menunjukkan eksistensi mereka. Pola show ini pola baru. Bahkan Al-Qaedah tidak melakukan itu sebelumnya,” ujar Harits di Cikini, Jakarta, Sabtu (16/1).
“Itu juga sangat bisa dianggap sebagai sikap heroisme dikalangan mereka. Seperti foto yang beredar itu kan tampilannya orang nggak tau. Nggak berjenggot, keren lah, tampilannya tenang nah ini sangat inspiratif bagi mereka bisa di kloning,” sambungnya.
Namun, Harits mengatakan kelompok teror bom di Sarinah masih amatir. Karena kualitas “impact” nya tidak besar. Mereka bukan sebagai jihad agama. Mereka, kata dia, hanya mentargetkan kecemasan pada masyarakat.
“Pertanyaannya, kenapa di Sarinah, siang hari, ledakan nggak besar tapi dia tau resiko dia mati. Target juga nggak signifikan bukan Amerika, orang asing malah jarang. Sepertinya target memang menebarkan rasa cemas dan takut,” katanya.
Memang, lanjut Harits, persoalan mendasar adalah soal ideologi. Bahasa sederhananya kalau mau teroris selesai Amerika harus berhenti menjajah islam.
Namun, kata Harits, ternyata persoalan teror lebih komplek, salah satunya, pembalasan dendam kebencian terhadap aparat. Sebab, banyaknya penangkapan yang kemudian diwarnai insiden salah tangkap yang korbannya mendapat kekerasan menimbulkan perspektif sendiri bagi kelompok gerakan.
“Bukan persoalan agama, ini kompleks sekali. Oleh karena itu kita mendorong BNPT bisa menghadirkan perspektif baru. Harusnya mereka buat narasi yang bisa mencairkan kebencian terhadap polisi,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan