Jakarta, Aktual.com — Lippo Group Indonesia menunjuk Deutsche Bank untuk menggalang dana sebesar 100 juta dolar AS bagi grup bioskop Cinemaxx dalam melaksanakan proyek peluncuran 2.000 layar bioskop di seluruh Indonesia.

Melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (24/7), perusahaan Rothschild juga ditunjuk sebagai penasihat keuangan bagi grup perusahaan tersebut.

“Kami telah membuat perkembangan nyata dalam mengembangkan bisnis kami, dan kami percaya sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjajakinya. Kami bersemangat bekerja dengan Deutsche Bank dan Rothschild untuk mitra yang memiliki kesamaan visi,” kata Direktur Lippo dan CEO Cinemaxx Brian Riady.

Menurut dia, kerja sama itu akan menjadi platform IPO (penawaran umum perdana) selanjutnya dalam tiga tahun ke depan.

Sejak mengumumkan niat untuk memasuki industri bioskop pada 2013, PT Cinemaxx Global Pasifik telah meluncurkan pembukaan besar-besaran pada 2014 dengan rencana membangun hingga 2.000 layar dan 300 kompleks bioskop di 85 kota di Indonesia selama 10 tahun ke depan.

Pembukaan agresif ini akan mengukuhkan perusahaan tersebut sebagai rantai bioskop terbesar dan paling komprehensif di Indonesia dan diproyeksikan menghasilkan pendapatan hingga sebesar 500 juta dolar AS pada 2020 dan 1 miliar dolar AS pada 2024.

Brian juga mengatakan penawaran itu akan memberikan kesempatan unik bagi investor strategis untuk memanfaatkan dinamika pembelanjaan konsumen menengah dan atas yang cepat berkembang di Indonesia. Indira Citrarini, Managing Director and Head of Capital Markets and Treasury Solutions untuk Indonesia di Deustche Bank menyampaikan pihaknya akan menyukseskan penawaran tersebut.

“Ini adalah kesempatan unik untuk berinvestasi di kisah pertumbuhan konsumen Indonesia. Kami terkesan dengan rekam jejak Lippo dalam membangun perusahaan terkait konsumen yang sukses di Indonesia,” katanya. Sementara Direktur Rothschild Claire Suddens-Spiers mengatakan pihaknya sangat mendukung proyek tersebut lantaran Cinemaxx telah membangun pondasi yang kuat untuk membangun bisnis sinema nasional.

Dengan populasi terbesar Asia Tenggara, kelas menengah yang berkembang cepat dan populasi anak muda yang melek teknologi, industri sinema Indonesia dinilai belum mengalami kemajuan dengan kurang dari 300 juta dolar AS penjualan tiket tahunan dan jumlah layar bioskop yang hanya sekitar 1.000 unit.

Berdasarkan data Media Partners Asia, Indonesia kekurangan layar bioskop dan hanya memiliki 3,7 layar per sejuta orang dibandingkan dengan 39,9 layar di Singapura.

Di sisi lain, industri sinema di Indonesia memiliki potensi yang besar mengingat adanya peningkatan konsumen kelas menengah yang haus hiburan, urbanisasi yang bertambah dan industri film lokal yang tengah berkembang.

Artikel ini ditulis oleh: