Namun di sisi lain, ia mengingatkan bahwa perekonomian Amerika Serikat sendiri apabila tidak ditahan dengan kenaikan suku bunga beresiko akan mengalami “overheating” karena inflasi yang tidak dijaga.

Sebagaimana diwartakan, perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dan kebijakan penaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS telah berdampak pada memburuknya kondisi perekonomian global yang mengarah pada krisis.

“‘Winter is coming’. Musim dingin panjang pada perekonomian global sudah mulai. Untuk itu sistem keuangan Indonesia harus disiapkan menghadapi krisis ekonomi yang mungkin akan datang,” kata pengamat ekonomi Raden Pardede pada Seminar Nasional Peran dan Fungsi Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam Sistem Keuangan Indonesia di Medan, Kamis (1/11).

Ia menjelaskan, perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia itu telah berdampak pada ekspor dan impor sejumlah negara pasar berkembang termasuk Indonesia, ditambah dengan kebijakan peningkatan suku bunga oleh bank Sentral AS yang mendorong aliran mata uang dolar AS kembali ke AS, mengakibatkan depresiasi sejumlah mata uang termasuk Rupiah.

Raden Pardede mengatakan otoritas sistem keuangan Indonesia yakni Bank Indonesia (BI), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan harus bekerjasama erat dalam menjaga stabilitas keuangan, mulai dari penyusunan regulasi yang prudent, supervisi yang komprehensif dan terintegrasi, pencegahan dan pemulihan dari tekanan sistem keuangan.

“Persaingan tidak ada, kerjasama yang saling memahami tugas masing-masing sangat diperlukan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid