Ia juga memastikan perawatan beras yang telah dilakukan Bulog saat ini bermanfaat untuk memperlambat penurunan mutu beras.
“Kami tetap pastikan, beras yang kami distribusikan kepada masyarakat merupakan beras yang layak dikonsumsi,” kata Arjun.
Dalam kesempatan terpisah, Guru Besar IPB Dwi Andreas mengatakan buruknya mekanisme distribusi yang menyebabkan terjadinya penumpukan beras terjadi karena program bantuan pangan non tunai yang kurang efektif.
Kebijakan subsidi ini telah mengurangi pagu beras sejahtera (rastra) yang dulu mencapai 15 juta rumah tangga menjadi lima juta rumah tangga.
Selain itu, sistem yang memperkenalkan mekanisme e-warung ini tidak mewajibkan pengambilan beras dari Bulog karena masalah kualitas.
Hal ini menyebabkan peran Bulog untuk menyalurkan rastra menjadi menurun, sehingga stok mengalami kelebihan di gudang.
Menurut dia, apabila Bulog mempunyai beras dengan kualitas yang bagus yang disertai dengan pengemasan baik maka beras bisa bertahan hingga enam bulan atau lebih. “Kalau beras buruk, beberapa minggu juga sudah busuk,” ujar Dwi Andreas.
Artikel ini ditulis oleh: