Jakarta, Aktual.com – Peneliti CSIS, Yose Rizal Damuri menyebut Bank Indonesia (BI) tak akan mempunyai ruang gerak yang leluasa untuk mengantisipasi kebijakan penurunan suku bunga The Fed fund rate yang akan diturunkan beberapa kali di tahun ini.
Bahkan instrumen penurunan suku bunga acuan, BI 7-Day Repo Rate pun tak akan dilakukan oleh BI. Hal itu akan berdampak ke depresiasi nilai tukar rupiah sepanjang 2017 ini.
“BI tak punya ruang pelonggaran moneter karena The Fed akan menaikkan suku bunga beberapa kali lagi tahun ini. Dan kenaikan ini membuat surat utang AS memiliki imbal hasil yang terus naik,” jelas dia, di Jakarta, Rabu (11/1).
Kenaikan suku bunga the Fed itu, kata Yose, membuat sudah tidak ada lagi ruang moneter menurunkan suku bunga. Sehingga akan berdampak derasnya arus modal keluar (capital outflow), sehingga dampaknya dolar AS menguat dan rupiah kian melamah.
Dia menambahkan, AS di bawah pimpinan Donald Trump akan mengeluarkan langkah yang sedikit ekstrem dengan melakukan kebijakan proteksionis. Ini dinilai bisa merugikan dunia usaha secara global, termasuk Indonesia.
“Akan ada ekspansi, pengurangan pajak, dan ada penguatan demand di AS dan Eropa. Apa akan langsung terasa? Kebijakan AS penuh ketidakpastian. Menimbulkan disinsentif di dunia usaha. Untuk itu, pemerintah harus banyak mrngundang FDI (investasi asing langsung),” paparnya.
Cuma masalahnya, kata dia, peluang mendapatkan FDI semakin kompetitif antar negara. Makanya, agar menjadi dayabtarik, Indonesia harus berbenah diri.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan