Menurut Kris, pertemuan tersebut merupakan simbol aliansi taktis saja di antara keduanya.
“Ini hanya sementara karena kecewa Presidential Threshold 20 persen, itu saja. Mulai goyang-goyang begitu. Tapi tidak kemudian akan bersatu,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti, menyatakan jika mendekati 2019, AHY memang cenderung bermain dua kaki. Menurutnya, sangat tidak bijak jika AHY memposisikan diri di satu pihak di antara pemerintahan dan oposisi.
Langkah bermain dua kaki ini pun dinilai tepat karena AHY sendiri terbilang sosok baru dalam dunia politik di tanah air, meskipun ia merupakan anak dari Ketua Umum Partai Demokrat.
Ray menyatakan alangkah lebih baik jika AHY menjadikan Pilpres 2019 sebagai ajang pemanasan untuk menyiapkan diri dalam Pilpres 2024. Pasalnya, Pilpres 2024 disebutnya sebagai momentum lahirnya sosok dan pemimpin baru di Indonesia.
“Makanya targetnya mengayun saja dia. Dari pada dia head to head ya paling nanti betul-betul posisinya sebagai wapres,” tutupnya.
Laporan: Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Andy Abdul Hamid