Pembeli memilih ikan di pasar Inpres Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa (3/1). Minimnya persediaan ikan nelayan dampak dari cuaca ekstrim perairan Selata Malaka Aceh, mengakibatkan harga ikan segar di sejumlah pasar mengalami kenaikan hingga 100 persen. ANTARA FOTO/Rahmad/foc/17.

Jakarta, Aktual.com – Harga ikan segar di Kota Sabang, Aceh, naik 80 persen karena hasil tangkapan nelayan berkurang akibat cuaca buruk yang melanda perairan di wilayah ujung barat Indonesia itu.

Pantauan di pasar dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pasiran Kuta Bawah Timur, Sabang, Harga ikan cakalang (tongkol) dari Rp20.000 naik menjadi Rp35.000/kg, begitu juga dengan ikan pisang, dari Rp25.000 menjadi RpRp45.000/kg.

Harga ikan layang sebelumnya Rp20.000 kini meningkat menjadi Rp45.000/kg, ikan gembung dari Rp15.000 naik menjadi Rp25.000/kg.

Salah seorang pedangang ikan, Zulkifli di Pantai Jaya Ie Meulee, Sabang mengakui, harga ikan meningkat sudah hampir sebulan terakhir dan ikan yang dijual di tangkapan nelayan tradisinal lokal yang sangat terbatas karena cuaca buruk.

“Saat cuaca buruk nelayan setempat banyak tidak melaut dan ketika cuaca seperti ini harga ikan memang sering meningkat di Sabang,” kata Zulkifli, Minggu (8/1)

Panglima Laot (Lembaga Adat Laut) Wilayah Kota Sabang, Ali Rani mengakui, pihaknya telah mengimbau kepada masyarakat nelayan tradisional untuk tidak melaut saat cuaca tidak bersahabat, hal ini dilakukan untuk keselamatan nelayan itu sendiri.

“Syukur nelayan wilayah Sabang kesadarannya sudah tinggi dan saat cuaca buruk nelayan lebih memilih tidak melaut, kalaupun mereka melaut hanya di area teluk saja,” katanya.

Ali Rani menambahkan, sekarang angin barat bertiup kencang dari arah barat daya Samudera Hindia menyebabkan gelombang laut tinggi dan dominan masyarakat nelayan tradisional wilayah Sabang tidak melaut.

“Sekarang sudah dipenghujung angin baratnya atau istilahnya kalau kita sebut angin barat sudah masa tua dan beberapa hari ke depan masuk angin timur lagi,” tuturnya.

Pulau paling ujung barat Indonesia yang diapit Selat Malaka dan Samudra Hindia hanya ada dua musik yakni, musim timur dan barat.

“Saat musim barat harga ikat sering tinggi dan kalau musim timur biasanya harga ikan tergolong stabil,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka