Nelayan membongkar tangkapan ikan tuna di dermaga desa Daeo, Pulau Morotai, Minggu (15/11). Potensi produksi ikan tuna di perairan Pulau Morotai diperkirakan mencapai 60 ribu ton per tahun namun yang dimanfaatkan selama ini masih di bawah 10 ribu ton per tahun itu pun sebagian besar dinikmati nelayan luar Morotai, seperti dari Sulawesi Utara. ANTARA FOTO/Fanny Octavianus/pras/15.

Jakarta, Aktual.com — Tangkapan ikan para nelayan di Karangantu, Kota Serang, Banten mengalami penurunan akibat cuaca buruk di perairan Banten bagian utara.

“Kami sejak dua pekan terakhir tangkapan ikan sepi karena angin kencang bergerak dari arah barat dan tinggi gelombang mencapai dua meter,” kata Yanto, seorang nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Kota Serang, Sabtu (19/12).

Selama ini, cuaca memburuk di perairan Banten bagian utara membuat nelayan Karangantu kesulitan mendapatkan ikan. Bahkan, dia bersama empat rekan lainnya seharian melaut hanya mendapat dua bakul atau sekitar 50 kilogram.

Biasanya, jika cuaca normal bisa mendapat tangkapan ikan antara 200-350 kilogram. “Kami hari ini pukul 19.00 WIB akan melaut dan kembali ke darat pukul 17.00 WIB,” katanya.

Menurut dia, saat ini nelayan yang melaut hanya sebagian kecil saja dengan menggunakan kapal di atas 30 gross tonnage (GT).

Sebab perahu kecil tidak kuat menahan ombak setinggi dua meter dan angin kencang dari arah barat. Kebanyakan nelayan lebih baik memilih tinggal di rumah sambil memperbaiki alat tangkap.

“Kami melaut hanya bermodal memberanikan diri saja untuk menutupi kebutuhan dapur keluarga,” katanya.

Begitu pula, Suhari, seorang nelayan Karangantu mengaku selama ini tangkapan ikan sepi dan merugi jika melaut. Cuaca buruk selama sepekan terakhir menyebabkan menurunnya tangkapan nelayan.

“Kami dua hari ini tidak melaut karena cuaca buruk itu sehingga pendapatan tidak sebanding dengan biaya produksi,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu