Nelayan terdampak harus merugi. Salah satunya terkait hilangnya biota laut di ibukota dan terancam bahaya banjir.

Jakarta, Aktual.com — Sejumlah nelayan di Maluku Utara (Malut) tidak melaut, akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan daerah tersebut, terutama di Pulau Halmahera dan Kepulauan Sula dalam sepekan terakhir.

Salah seorang nelayan di Ternate Roni Muhammad mengatakan, hampir sepekan ini belum bisa melaut karena cuaca yang cukup buruk, sehingga para nelayan memilih untuk tidak melaut.

“Cuaca buruk selama sepekan ini, membuat para nelayan memilih untuk memperbaiki kapal dan jaring sambil menunggu cuaca normal untuk kembali melaut. Kondisi cuaca yang buruk itu mengakibatkan harga ikan di berbagai pasar tradisional di Kota Ternate mengalami kenaikan,” kata dia ketika dihubungi, Minggu (20/9).

Dia mengatakan, ikan cakalang ukuran sedang yang biasanya dijual Rp 35 ribu perekor, naik menjadi Rp 75 ribu. Sedangkan, ikan cakalang berukuran besar yang biasanya dijual Rp 70 ribu, kini naik menjadi Rp120 ribu.

“Cuaca ekstrim ini juga diantisipasi manajemen PT Angkutan Sungai Danau Penyeberangan (ASDP) Ternate, dengan jadwal kapal motor penyeberangan (KMP) dari dan ke Ternate ditunda keberangkatannya.”

Manager Operasional PT ASDP Cabang Ternate Ali Tamher mengakui, cuaca buruk disertai gelombang tinggi yang terjadi akhir-akhir ini membuat jadwal jalur lintasan KMP Ternate ke Bitung, Sulawesi Utara ditunda keberangkatannya.

Trayek penyeberangan Ternate-Bitung, senantiasa diwaspadai karena bila cuaca ekstrim berdampak terhadap gelombang tinggi. “Kami mematuhi peringatan dini dari BMKG dengan mengantisipasi kemungkinan terjadi musibah laut trayek penyerangan tersebut,” ujarnya.

Kepala BMKG kota Ternate Fahmi Bahdar menyatakan, gelombang laut di wilayah perairan Malut mencapai 2,5 – 3 meter, terutama di perairan Halmahera dan Kepulauan Sula yang sangat membahayakan bagi aktivitas kapal berukuran kecil.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu