Jakarta, Aktual.com – Kawasan pulau buatan di utara Jakarta yang nantinya akan diisi dengan hotel dan pusat perbelanjaan, dianggap tidak memiliki korelasi dengan kepentingan orang banyak, khususnya orang yang berada di tingkat ekonomi menengah kebawah.
Hal ini dikatakan pengamat tata ruang perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, Jumat (6/1).
Yayat menyebutkan, semua rencana pembangunan mall dan hotel selalu bermotif bisnis dan diperuntukkan orang-orang berduit saja. Ia pun yakin bahwa di kawasan pulau reklamasi tidak jauh berbeda dengan yang lain.
“Saya kira reklamasi itu murni untuk bisnis, bukan untuk apa-apa. Sebetulnya beli area di reklamasi lebih banyak sisi bisnisnya, bukan untuk sosialnya,” ujar Yayat kepada Aktual, Jum’at (6/1).
Rencana pembangunan pusat wisata dan ekonomi di pulau reklamasi bukanlah hal yang baru. Jika diperhatikan dalam satu dekade terakhir, para pengembang mulai menyerbu kota-kota di sekitar Jakarta untuk membangun mall.
Hal ini, sambung dia, dikarenakan semakin terbatasnya lahan yang bisa digarap di Jakarta. Kalaupun ada, harga lahan yang akan digarap akan sangat tinggi harganya. Oleh karenanya, para pengembang melakukan ekspansi ke kota-kota satelit Jakarta sebagai upaya mempertahankan bisnisnya.
“Akhirnya banyak dibangun mall di pintu-pintu masuk jalan utama perbatasan antara Jakarta dengan tetangga sebelahnya. Intinya mall sudah dibatasi (di Jakarta), mall pun menyebar ke kota-kota di sekitarnya,” jelasnya.
Yayat juga mengatakan bahwa seharusnya Pemerintah DKI belajar dari pengalaman yang lalu dalam menata ruang kota Jakarta. Jika pembangunan mall di daratan hanya menghasilkan kemacetan, dampak yang terjadi dari reklamasi akan lebih besar.
Laporan: Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh: