Seorang guru menggendong siswa yang tidak berani melintasi kali saat ke sekolah di SDN 07 Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Selasa (17/5). Tidak ada akses jalan menuju ke sekolah puluhan siswa dan beberapa orang guru harus menyeberangi kali Konaweha sekitar 45 meter dan bila air kali meluap dipastikan mereka meliburkan diri. ANTARA FOTO/Jojon/pd/16.

Lebak, Aktual.com – Camat Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Ade Sutiana, menginstruksikan lurah dan kepala desa untuk meningkatkan kewaspadaan banjir, longsor dan angin kencang yang meningkat dalam beberapa hari terakhir.

“Kami menginstruksikan kepada kelurahan/desa agar meningkatkan kewaspadaan banjir, longsor dan angin kencang,” kata Ade di Lebak, Jumat (13/1).

Selama ini, cuaca ekstrem melanda wilayah Kabupaten Lebak, selain hujan intensitas lebat dan sedang juga angin kencang. Dikhawatirkan hujan malam sampai dinihari menimbulkan luapan Sungai Ciujung, Ciberang dan Cisimeut.

Karenaya, Camat Ade mengajak petugas kelurahan/desa agar menyampaikan kepada warga yang tinggal di bantaran sungai mengaktifkan pengamanan malam hari. Hal ini untuk mengurangi resiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan material cukup besar.

“Kami yakin pengamanan malam itu dapat memberikan kewaspadaan agar warga yang tinggal di bantaran sungai siap siaga menghadapi banjir dan longsor,” katanya menjelaskan.

Disampaikan Ade, saat ini beberapa kelurahan dan desa di Rangkasbitung dilintasi Sungai Ciujung, Ciberang dan Cisimeut. Jumlah warga yang tinggal di bantaran sungai bahkan mencapai ribuan kepala keluarga, seperti di Kampung Kalimati dan Muara Kebon Kelapa, Kelurahan MC Rangkasbitung Barat.

Selain itu juga perkampungan Kebon Kelapa, Kebon Kopi Kelurahan MC Rangkasbitung Timur dan perkampungan Salahur, Kelurahan Cijoro Pasir dan Kampung Lebong dan Malangnengah Kelurahan Cijoro Pasir.

“Kami minta warga meningkatkan waspada banjir, longsor dan angin kencang,” ujarnya.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan, Sungai Ciujung merupakan sungai besar yang menampung puluhan anak sungai yang sumber airnya dari kawasan hulu Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) meluap.

Bahkan, luapan Sungai Ciujung berstatus waspada dengan permukaan air di atas 200 sentimeter dan debit air 309 M3 per detik. Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dapat meningkatkan siaga bencana alam.

Berdasarkan pantauan, sejumlah permukiman di Kecamatan Rangkasbitung memberlakukan piket selama 24 jam karena wilayahnya masuk daerah bantaran Sungai Ciujung. Biasanya, daerah tersebut terkena luapan air sungai sehingga menimbulkan banjir dan longsor.

“Kami sudah dua hari ini berjaga-jaga karena khawatir musim hujan itu menimbulkan kebanjiran,” kata Enjat (50) warga Rangkasbitung yang rumahnya hanya tiga meter dari bibir Sungai Ciujung. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh: