Pembeli nampak antre saat akan membeli daging sapi di Pasar Tradisional Ciledug, Tangerang, Kamis (16/7/2015). H-1 jelang lebaran daging sapi laris manis, harga yang ditawarkan kisaran Rp 120 ribu - 150 ribu.

Jakarta, Aktual.com — Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mencurigai adanya pihak yang ‘bermain’ di tengah kelangkaan dan melonjaknya harga daging sapi saat ini. Ia menduga ada kartel yang mengatur harga daging sehingga muncul ketergantungan akan daging impor.

“Memang ada usaha-usaha agar supaya kita ketergantungan pada impor, nah itu pengkondisian-pengkondisian semacam itu ada pelanggar pelanggarannya,” kata Badrodin di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Selasa (11/8).

Menurutnya, hal semacam ini tidak hanya terjadi pada komoditas daging saja. Melainkan pada produksi barang lainnya terutama bahan-bahan pokok. Ia pun siap menelisik permainan para kertel tersebut.

“Banyaklah. Mulai dari beras, kedelai, jagung, garam, daging. Semua kita akan tangani. Tetapi semua produk impor yang diduga ada penyimpangan, itu pasti kita lakukan penyelidikan,” tegas bekas Kapolda Jawa Timur ini

Badrodin menambahkan, para kartel menggunakan sejumlah modus untuk memainkan harga barang. Sehingga harga barang produksi dalam negeri turun dan minim peminat. Alhasil, produk impor yang menjadi sasaran para pembeli.

“Misalnya ada 1 produk, pada saat panen justru impornya masuk. Sehingga harga turun jatuh ke bawah, masyarakat tidak mau memproduksi itu. Nah setelah masyarakat tidak mau memproduksi itu, barulah dia ngatur. Harganya diatur, produksinya diatur, nah ini yang tidak boleh. Pasti ada permainan antara penentu kebijakan, masalah perizinannya, dan lain-lain,” demikian Kapolri.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby