Jakarta, aktual.com – Objek wisata/ Kota Ternate di Maluku Utara (Malut) bisa menjadi pilihan tujuan destinasi untuk menghabiskan waktu liburan akhir tahun 2018 ini.
Ternate menyuguhkan berbagai macam objek wisata, mulai dari peninggalan sejarah, wisata bahari, wisata alam sampai objek wisata religi dan kuliner.
Di kota yang berpenduduk 200 ribu jiwa lebih ini, setiap orang bebas berpergian kemana pun hingga larut malam, tanpa dihantui dengan kekhawatiran akan mengalami sasaran aksi kriminal, misalnya begal, seperti yang terjadi di daerah lain.
Bahkan khusus untuk objek wisata peninggalan sejarah di Ternate, Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI) Malut Syahril Muhammad melukiskannya sebagai yang terunik, terutama untuk peninggalan sejarah yang terkait dengan Kesultanan Ternate.
Di Kedaton Kesultanan Ternate, ada peninggalan sejarah berupa mahkota berambut yang dapat dikatakan aneh tapi nyata, karena rambut di mahkota itu tumbuh memanjang seperti rambut di kepala manusia, sehingga di waktu tertentu harus dipotong.
Peninggalan sejarah berupa benteng yang dibangun bangsa Eropa saat menjajah Ternate pada beberapa abad silam juga ada di daerah itu. Bahkan jumlahnya ada sembilan buah dan sebagian besar masih terawat dengan baik.
Salah satu benteng di antaranya yakni Benteng Oranje yang dibangun Belanda pada abad ke-15 kini dijadikan pusat pengembangan kebudayaan di Ternate dan sering dijadikan lokasi penyelenggaraan berbagai kegiatan budaya dan wisata.
Salah seorang wisatawan asal Bandung, Setiawan mengaku sudah pernah mengunjungi berbagai daerah di dalam dan luar negeri yang memiliki benteng, tetapi tidak ada yang sebanyak seperti di Ternate, yang hanya sebuah pulau kecil.
Objek wisata bahari yang bisa dinikmati di Ternate, selain pantai, seperti Pantai Sulamadaha dan Pantai Tobololo, juga wisata bawah laut yang menyajikan keindahan terumbu karang dan keragaman ikan yang beberapa jenis di antaranya merupakan ikan langka.
Jika ingin mendaki gunung di pulau yang terkenal dengan rempahnya itu, juga ada Gunung Gamalama setinggi 1.700 meter dari permukaan laut, yang di puncaknya ada makam tua, yang konon makam para wali penyebar Islam di Malut.
Objek wisata religi di Ternate, di antaranya Masjid Kesultanan Ternate yang berusia lebih dari 500 tahun, gereja yang dibangun Portugis dan Klenteng Ibu Suri yang telah berusia lebih dari 300 tahun.
Saat menikmati libur akhir tahun di Ternate dan ingin merasakan kuliner khas daerah itu, tersedia beragama kuliner tradisional yang masyarakat setempat menyebutnya makanan kebun.
Makanan kebun itu di antaranya berupa singkong dan pisang yang direbus dengan air santang kelapa, popeda dari bahan sagu atau singkong dan gohu ikan dari bahan ikan cakalang atau tuna mentah yang dicincang halus dan dicampur dengan beragam bumbu tradisional.
Minuman air guraka dari bahan jahe, gula merah, kenari dan susu serta kopi raja dari bahan kopi hitam yang dicampur dari beragam rempah juga bisa dinikmati di Ternate.
Salah seorang wisatawan asal Jepang, Takhasi mengaku sangat terkesan dengan citra rasa kuliner tradisional di daerah itu dan membuatnya ingin kembali berkunjung untuk menikmatinya.
Di objek wisata Cengkih Afo yang terletak sekitar 4 KM dari pusat Kota Ternate, bisa ditemukan beragam kuliner tradisional yang dimasak dengan cara dimasukkan ke dalam bambu kemudian dibakar hingga matang, sama seperti yang dilakukan masyarakat Ternate pada masa lampau.
Kuliner itu disajikan menggunakan peralatan makan dari batok kelapa yang didesain seperti piring, gelas dan sendok, sehingga saat menyantapnya seolah terbawa ke suasana Ternate pada zaman dahulu.
Di Objek wisata itu juga bisa disaksikan cengkih tertua di dunia, yakni berusia di atas 400 tahun lebih, yang dikenal dengan nama Cengkih Afo dan selama ini menjadi sumber bibit cengkih di Malut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Ternate Samin Marsaoly mengaku telah menyiapkan penyelenggaraan Festival Kora-Kora pada akhir Desember 2018, sehingga daerah itu menjadi semakin menarik untuk tujuan libur akhir tahun.
Pada festival tahunan itu akan menyuuguhkan berbagai kegiatan, seperti parade perahu kora-kora atau perahu tradisional, lomba dayung perahu tradisional, lomba mancing dan pertunjukan berbagai kesenian dan budaya tradisional. Akomodasi di Ternate juga cukup banyak, mulai dari hotel melati sampai hotel bintang empat, sementara produk cendera mata juga banyak tersedia, seperti batik tradisional, perhiasaan besi putih dan olahan rempah.
Transportasi dari dan ke Ternate cukup lancar. Untuk udara misalnya tersedia penerbangan sejumlah maskai penerbangan setiap hari, di antaranya melayani penerbangan langsung Ternate – Jakarta dan Ternate – Surabaya.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang