Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) menilai upaya Pemprov DKI menggelar operasi pasar di bulan Agustus untuk menekan tingginya harga komoditas daging sapi yang tetap tinggi pasca Lebaran, belum terlalu berdampak.
Disampaikan Direktur Perwakilan BI DKI Jakarta Doni P. Joewono, pada realisasinya, minat masyarakat untuk membeli daging sapi yang dijual di operasi pasar masih minim.
Kata dia, faktor utama minimnya penyerapan operasi pasar dan rendahnya dampak terhadap pergerakan harga adalah karena pola konsumsi masyarakat. Dimana masyarakat ternyata lebih suka mengonsumsi daging hangat (fresh cut), ketimbang daging beku yang dijual di operasi pasar. Padahal, kata dia, daging beku memiliki tingkat kesehatan lebih tinggi ketimbang daging ‘fresh cut.’
Menurutnya, hal ini terjadi akibat ketidaktahuan masyarakat akan kesehatan daging sapi dan proses penyimpanan yang benar. Untuk itu dia menyarankan dilakukan sosialisasi dan edukasi secara intens ke masyarakat mengenai memilih daging di pasaran.
“Perlunya sosialisasi dan edukasi dalam pemilihan daging di pasaran,”kata Doni, melalui siaran persnya yang diterima Aktual.com, Rabu (9/9).
Namun saat pendapat Doni itu dikonfirmasi ke pedagang di Pasar Kramat Jati, jawaban berbeda justru didapat. Salah seorang pedagang yang tidak mau disebut namanya, mengaku pembeli memang enggan membeli daging beku di operasi pasar. Alasannya, ternyata ada di rasa.
“Rasanya beda, karena daging yang dijual di operasi pasar sudah tidak segar. Itu kan daging lama yang disimpan. Kalau kata pedagang bakso atau soto bilang daging beku itu rasanya ngga enak,” ujar dia, kepada Aktual.com.
Mengenai soal kesehatan daging yang baru dipotong, kata dia, itu harusnya jadi urusan pengawasan Dinas Peternakan DKI.
“Iya dong, kan mereka yang lakukan pengawasan tiap sapi yang bakal dipotong. Kalau ternyata itu tidak sehat dan bawa penyakit ya berarti pengawasan mereka ngga bener. Lagian kita kan dagang daging juga bukan baru sekarang, ada-ada aja alasan itu mah,” sambung dia.
Artikel ini ditulis oleh: