Jakarta, Aktual.co —Seorang anggota Senat AS menyampaikan teorinya tentang kekerasan yang terjadi pada majalah satir Charlie Hebdo di Paris, Perancis, beberapa pekan lalu. Menurutnya, AS dan Mossad berada di belakang serangan tersebut. Jack Linblad, anggota senat dari daerah pemilihan Los Angeles mengatakan pembunuhan brutal itu bukan dilakukan teroris, tapi oleh AS dan Mossad. Ini dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Sebagaimana dikutip dari belfasttelegraph.co.uk, Linblad mengklaim tindakan Kouachi bersaudara dan Amedy Coulibaly, yang melakukan serangan dalam dua waktu yang berbeda, melakukan perbuatan itu bukan atas dasar keyakinan ekstrem mereka terhadap agama, tapi atas perintah dari AS dan Mossad. Linblad meyakini, keterlibatan AS dan Mossad dilakukan untuk membuat Eropa tetap berada dibawah kendali “tangan Netanyahu,” dan  PM Israel tersebut tetap memiliki kekuasaan.
Anggota senat ini mengatakan salah satu yang membuatnya meyakini teori itu adalah paspor pelaku yang tertinggal di lokasi kejadian saat selesai serangan. “Itu adalah perbuatan Mossad, niatnya seperti kasus 9/11,” kata Linblad. Ia menyebut tanda tersebut sebagai “bendera/kode palsu.” Komentar Linblad ini juga senada dengan sebuah tulisan di surat kabar Rusia, Komsomolskaya Pravda. 
Media ini menaikan isu, “Apakah AS terlibat dalam serangan teroris di Paris?” Media ini juga mempublikasikan beberapa wawancara yang menunjukan pemerintah AS berada di belakang pembunuhan tersebut. Salah satu nara sumber media tersebut mengatakan, kasus tersebut adalah sebagai balas dendam pada Presiden Perancis Francois Hollande yang meminta Uni Eropa untuk mengurangi sanksi pada Rusia.