Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Golkar, Airlangga Hartarto menyebut, pemerintah perlu mewaspadai adanya kebijakan negara Inggris yang memastikan diri keluar dari Uni Eropa (Brexit/ British Exit).
Pasalnya, sebelum ada isu Brexit jadi kenyataan ini, laju pertumbuhan ekonomi cukup berat. Makanya pemerintah mengkoreksi target pertumbuhan dari semua 5,3 persen di APBN 2016, kemudian sempat dikoreksi menjadi 5,1 persen di Komisi XI, akhirnya di Badan Anggaran (Banggar) disepakati 5,2 persen.
“Tapi dengan adanya kebijakan Brexit ini, saya prediksi pertumbuhan ekonomi akan lebih konservatif lagi, tanpa menyebut lebih pesimis,” tegas Airlangga kepada Aktual.com, Jumat (24/6).
Mantan calon ketua umum Partai Golkar ini menyebut, kondisi perekonomian dunia yang sebelumnya belum membaik, akan semakin tidak pasti dan tidak menentu dengan adanya Brexit yang menjadi kenyataan ini.
“Saya prediksi, dengan adanya Brexit ini akan membuat pasar Global menghadapi ketidakpastian yang semakin tinggi. Tentu ini akan menjadi sentimen yang kurang baik bagi negara emerging market seperti kita,” jelas politisi Partai Golkar ini.
Dampak yang paling kuat, kata dia, adalah terhadap pasar ekspor ke Inggris khususnya atau Uni Eropa umumnya yang pastinya akan terkoreksi. Bisa lebih dalam bisa juga biasa-biasa saja.
“Dampak ke kita terkait perdagangan pastibada. Yang pasti, investasi perdagangan dari dan ke Uni Eropa akan terganggu sampai ekuilibrium baru terbentuk. Dan tidak tahu sampai kapan akan terbentuk posisi yang baru itu,” tandas dia.
Dalam referendum yang digelar Kamis (23/6) waktu setempat, rakyat Inggris membuat keputusan untuk menyatakan keluar dari Uni Eropa sebanyak 52 persen. Mereka tidak mau kebijakan pemerintah Inggris dicampuri oleh Uni Eropa.
Kondisi Brexit ini telah membuat nilai tukar mata uang Inggris, poundsterling terkapar sepanjang 30 tahun belakangan ini. Dengan mengalami pelemahan sebanyak 10-11 persen.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka