Petugas menunjukkan uang dolar Amerika di "cash center" Bank Mandiri, Jakarta, Senin (4/1). Dolar AS menguat di awal tahun 2016, sementara rupiah ditutup mendekati Rp14.000 pada hari pertama perdagangan. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Dampak pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang dipastikan dimenangkan calon dari Partai Republik, Donald Trump tidak bisa dianggap remeh.

Pasalnya, dampaknya cukup luas, tak hanya ke nilai tukar rupiah tapi juga terhadap perekonomian nasional secara luas.

Menurut ekonom asal UI, Lana Soelistianingsih, Bank Indonesia (BI) harus mau mewaspadai laju rupiah dan jangan sampai melewati batas amannya yaitu Rp13.280 per dolar AS (USD).

“Kalau secara teknikal, rupiah di angka Rp13.280 itu masih oke. Akan tetapi, jika melewati angka tersebut harus ada kehati-hatian. Jadi potensinya akan mengkhawatirkan,” ujar Lana seusai seminar nasional di Gedung BI, Jakarta, Rabu (9/11).

Untuk itu, kata dia, BI harus terus waspada. Dana cadangan devisa (cadev) yang per akhir Oktober US$ 115 miliar bisa didorong untuk menstabilkan pasar.
“Karena jika secara psikologis (kurs Rp13.280) akan cukup mengganggu. Yang tadinya anteng tidsk beli USD, orang malah pada beli USD,” tegas Lana.

Meski begitu dia sendiri berharap, selain peran regulator moneter lebih kuat, harapan juga bisa digantungkan ke laju USD yang secara sendirinya mengalami penurunan.

Karena kondisi saat ini, kata dia, di saat-sat Pilpres AS, biasanya USD menguat malah melemah. “Itu agak aneh juga ya. Tapi kondisi ini, sayabrasa tak akan lama. Seperti (dampak) Brexit lah yang tak terlalu lama,” cetus dia.

Menurut dia, hari ini laju rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mulai melemah. Meski memang hanya shock jangka pendek.

“Tapi semuanya mungkin terjadi. Makanya, mesti dianggap jangka pendek, tetap perlu ada kehati-hatian yang tinggi. Mungkin juga kalau untuk kits, IHSG ke 5.200 itu sudah menjadi daya tarik. Sehingga diharapkan, investor lokal ambil posisi,” tegas dia.

Meski begitu, dengan adanya sentimen tersebut, kata dia, jika investor asing terus melepas sahamnya maka akan berdampak negatif ke IHSG.

“Mungkin level terendah bisa ke 4.800. Itu secara teknikal ya. Tapi mudah-mudahan bisa segera swing back untuk balik lagi (beli saham) karena cukup murah,” pungkas Lana.

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby