Jakarta, Aktual.com – Pengamat ekonomi senior Aviliani memprediksi dana repatriasi program pengampunan pajak (tax amnesty) justru bakal membuat beban Bank Indonesia (BI) semakin besar. Sebab dana diprediksi banyak terserap ke pasar modal di instrumen saham yang menyebabkan kelimpahan dana atau ‘over liquidity’ dan mendorong penggiringan dana murah ke sektor perbankan.

Kondisi inilah, menurut Aviliani yang bakal membebani Bank Indonesia (BI) di instrumen Sertifikat (SBI). “Mau dikemanakan uang itu? Karena pada akhirnya, pemilik modal akan membeli SBI dan tentu beban BI semakin besar,” ujar Aviliani, dalam diskusi ‘Konsep Ekonomi Sjahrir’, di Jakarta, Kamis (28/7).

Dia mengkhawatirkan over liquidity di pasar modal, justru tidak berimbas berimbas ke sektor riil. “Karena saham pasti menjadi pilihan pertama, baru kemudian SBI,” ujar dia.

Untuk itu, saran Aviliani, pemerintah harus mengoptimalkan implementasi Paket Kebijakan Ekonomi yang terkait pendalaman pasar keuangan. Terutama memperbanyak instrumen investasi di pasar modal. “Tentu saja produk derivatif harus diperbanyak seperti di Singapura,” saran dia.

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga harus mendorong mekanisme peningkatan pelaksanakan penawaran umum saham perdana (IPO), rights issue, penerbitan obligasi dengan mengeluarkan beragam insentif.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Pasar Modal OJK, Nurhaida menilai, potensi masuknya dana repatriasi dari kebijakan amnesti pajak versi pemerintah yang mencapai Rp1.000 triliun berpotensi memicu bubble harga saham.

Makanya, perlu dibarengi dengan upaya mengkreasi instrumen investasi di pasar modal. “Jari dalam rangka market deepening, kebijakan tax amnesty ini sejalan dengan program pendalaman pasar keuangan. Tanpa supply dan demand yang seimbang, ini bisa terjadi bubble harga saham,” ucap Nurhaida. (Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: