Denpasar, Aktual.com – Komandan Korem 163-Wira Satya Bali Kolonel Infanteri I Nyoman Cantiasa menyebut dunia internasional tak terkecuali Indonesia kini sedang dihadapkan pada tiga persoalan pelik.
Tiga persoalan itu adalah pangan, energi dan air. Hanya saja, Cantiasa menilai Indonesia adalah negara yang paling siap menghadapi persoalan di masa mendatang. Menurut dia, persoalan yang terjadi di tingkat internasional dan regional mau tidak mau akan berpengaruh terhadap Indonesia, khususnya Bali.
“Permasalahan dunia internasional itu ada tiga yakni, pangan, energi dan air,” kata Cantiasa saat simakrama (tatap muka) dengan jurnalis di Denpasar, Senin (17/10).
Menurut dia, ketiga persoalan itu harus dikelola dan direkonstruksi sehingga memiliki akhir yang baik. “Bagaimana ini dikelola agar ending-nya baik, masyarakat tergugah mengatasi permasalahan yang ada.”
Untuk mengatasi persoalan air, Danrem menyebut Presiden Joko Widodo telah merancang 49 waduk. Jumlah itu belum ditambah dengan embung yang juga telah direncanakan.
“Itu adalah solusi bagaimana kita membuat ketahanan air. Pada suatu titik, kemungkinan negara luar akan mengemis minta air kepada Indonesia. Energi mungkin akan habis dan tergantikan dengan yang lain. Tapi itu semua harus dirancang, direkonstruksi,” kata putra asli Bali yang bertugas baru satu tahun itu.
Selanjutnya, untuk membuat ketahanan pangan TNI turun langsung ke sektor pertanian. Dia memiliki alasan tersendiri mengapa tentara ikut turun ke sawah. Sebabnya, kata dia, sarjana pertanian di Indonesia sangat terbatas.
“Kenapa TNI masuk ke pertanian, karena keterbatasan sarjana pertanian. Permasalahan dunia rawan krisis pangan. Kalau terjadi krisis pangan, maka efeknya akan terjadi krisis sosial. Ketika orang lapar, tidak ada makanan, pasti perang.”
“Memperebutkan masa depan itu harus dirancang dari sekarang, harus diramu jangan sampai jebol. Kalau tidak, hancur negara kita. Pertanian ini harus kita selamatkan. Apabila ketahanan pangan dan ekonomi hancur, ketahanan nasional pasti hancur. Kalau tidak punya logistik bagaimana membiayai negara.”
Laporan: Bobby Andalan
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu