Jakarta, Aktual.com — Keberadaan Maroef Sjamsoeddin pada perusahaan asal Amerika Serikat, PT Freeport Indonesia, sejak mencuatnya sengkarut perpanjangan Freeport disorot berbagai kalangan. Sebab, Maroef sebelum menjabat Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, merupakan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN).
Oleh karena itu, dengan mundurnya Maroef dari Freeport, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menilai langkah tersebut bukan saja terbaik bagi bangsa Indonesia melainkan juga bagi Maroef Sjamsoeddin sendiri.
“Maroef ini kan disitu (Freeport) memang sangat kontroversi, sejak awal ini akan jadi masalah di situ. Pertama dia petinggi BIN, Jenderal, sedang Freeport perusahaan milik asing. Awalnya bekerja untuk kepentingan bangsa Indonesia, termasuk mengkontrol Freport, tiba-tiba bekerja untuk Freeport,” kata Adhie saat dihubungi, Selasa (19/1).
“Dia masuk ke Freeport yang sepenuhnya, pemegang sahamnya asing. Ini kan kontroversi sekaligus ironi, ini tidak boleh terjadi lagi ke depan. Karena kemampuan intelijen dia bisa digunakan oleh pemegang saham asing,” lanjutnya.
Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, mengundurkan diri jabatannya, Senin (18/1) kemarin. Posisinya digantikan sementara oleh Robert Schroder yang saat ini menjabat Direktur dan Executive Vice-President Freeport.
Maroef diketahui merekam pembicaraan pertemuannya dengan Ketua DPR RI Setya Novanto dan pengusaha Reza Chalid. Rekaman inilah yang kemudian dijadikan barang bukti Menteri ESDM Sudirman Said saat melaporkan Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI.
Laporan yang berujung pada pengunduran diri Novanto dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI. Setelah gonjang-ganjing perpanjangan Freeport di Indonesia, Komisaris Utama Freeport-McMoran Inc James Robert atau Jim Bob menyusul jejak Novanto. Dan, Maroef mengikutinya per hari Senin (18/1) kemarin.
Artikel ini ditulis oleh: