Jakarta, Aktual.com — Ribuan petani dari sejumlah kabupaten di Jambi akan menggelar aksi ke Jakarta dengan jalan kaki, Kamis (17/3) besok. Ribuan petani yang disampaikan tercekik konflik agraria di Jambi akan jalan kaki dengan jarak tempuh kurang lebih 1000 kilometer.
“1000-an petani dari sejumlah Kabupaten di Jambi akan menggelar aksi jalan kaki menuju Ibukota Republik Indonesia, Jakarta. Jarak yang akan ditempuh kurang lebih 1000 kilometer,” terang Koordinator Aksi Alif Kamal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/3).
Diungkapkan dia, ribuan petani yang turun ke jalan tersebut merupakan perwakilan dari petani-petani yang tercekik konflik agraria di Jambi seperti Suku Anak Dalam dan petani Dusun Mekar Jaya (Sarolangun).
Selain itu juga perwakilan petani Kunangan Jaya I dan Kunangan Jaya II (Batanghari, serta petani dari Tanjung Jabung Timur).
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi aksi jalan kaki Jambi-Jakarta tersebut. Diantaranya, konflik agraria yang melilit para petani sudah berlangsung lama tetapi tak kunjung selesai.
“Konflik agraria yang dialami SAD sudah sejak 1987. Konflik agraria petani Kunangan Jaya I dan II sudah sejak tahun 1970-an. Sedangkan konflik agraria yang dialami petani Mekar Jaya terjadi sejak 1990-an,” jelasnya.
“Berbagai jalan sudah ditempuh oleh petani untuk mengusahakan penyelesaian konflik tersebut, mulai dari negosiasi, aksi massa, hingga aksi pendudukan. Namun, belum ada penyelesaian tuntas atas kasus konflik agraria tersebut,” sambung Akmal.
Petani memilih ke Jakarta sebab para pemangku kebijakan tertinggi di Republik ini berada di ibu kota. Rencananya, petani akan mendatangi Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, DPR RI, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Dalam Negeri, dan Istana Negara.
“Aksi jalan kaki sejauh 1000 kilometer adalah sebuah kampanye politik untuk memberitahu kepada seluruh rakyat dan pemerintah Indonesia, bahwa Indonesia sedang berada dalam situasi ‘darurat agraria’. Bahwa konflik agraria yang dialami petani Jambi ini hanyalah sebagian kecil dari segunung kasus konflik agraria di seantero Indonesia,” demikian Akmal.
Artikel ini ditulis oleh: