Jakarta, Aktual.com — Gejolak lonjakan harga daging sapi secara berulang kali terus menerus terjadi di pasar. Lonjakan ini terjadi karena pemerintah tidak punya data populasi sapi dalam negeri yang akurat.
Akibatnya pemerintah salah mengambil kebijakan hingga menyebabkan harga bergejolak karena supply tidak menyeimbangi permintaan.
“Sampai saat ini daging sapi masih bergejolak karena pemerintah tidak mampu mengatur kestabilan permintaan dan supply, pemerintah tidak perlu ngotot bilang stok banyak, buktikan saja daging sapi harganya tidak bergejolak,” kata Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang di Jakarta, Rabu (24/2).
Sarman mengemukakan bahwa tahun ini pemerintah membatasi impor sapi hanya 15 persen dari kebutuhan nasional, artinya pemerintah meyakini bahwa stok didalam negeri sangat besar hingga 85 persen dari kebutuhan.
Oleh karena itu menurut Sarman, terjadi gejolak harga daging sapi tidak mungkin disebabkan kendala Impor, karena ketergantungannya sangat kecil.
“Kebutuhan impor tahun ini hanya 15 persen, makanya tidak mungkin hanya 15 persen menggangu kebutuhan nasional, mana yang 85 persen? Ini macam-macam diisukan dengan kartel untuk ‘mencari kambing hitam’ atas ketidakmampuan pemerintah,” bebernya.
Sarman melihat kendala sesungguhnya adalah ketidak jelasan data pemerintah yang mengklaim sapi warga sebagai stok sapi dalam negeri.
“Terus ketersediaan sapi lokal 85 persen itu punya siapa? Itu punya masyarakat, apakah layak sapi orang dijadikan stok, padahal belum tentu orang mau jual, sedangkan kebutuhan tidak bisa menunda seperti itu,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka