Nabi Muhammad bersabda, “Ulama paling buruk adalah yang mengunjungi penguasa dan penguasa paling baik adalah yang mengunjungi ulama.”
Sabda tersebut sepatutnya dimaknai secara alegoris. Menurut Jalaluddin Rumi, bukan berarti ulama (ilmuwan) tak boleh memasuki istana (kekuasaan), melainkan tak sepatutnya memperhambakan ilmu pada kekuasaan; sehingga daulat kebenaran ilmu diperbudak ambisi materi dan jabatan.
“Jika seorang ulama menghias dirinya dengan ilmu bukan untuk menarik perhatian para penguasa, melainkan semata demi Kebenaran (Al-Haq); jika perilakunya sesuai dengan jalan yang benar dan itu jadi karakter dirinya, maka ia tak akan melakukan sesuatu selain demi Kebenaran. Seperti ikan yang tak akan mampu hidup dan tumbuh selain di air. Orang alim seperti itu benar-benar memiliki akal yg dapat mengontrol dirinya…Dengan itu para penguasa akan mendapat manfaat dari kemilau cahaya ilmunya.”
Belajar Merunduk, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin