Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 centimeter.

Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung.

Kerugian juga terjadi di Kabupaten Bekasi yang diperkirakan mencapai Rp551 miliar. Kerugian terbesar adalah kerusakan bangunan, baik rumah penduduk maupun kantor-kantor pemerintah.

Selain itu jalan kabupaten sepanjang 98 kilometer turut rusak dan sedikitnya 7.400 hektare sawah terancam puso.

Banjir 2013 Ada yang menyebut daur banjir besar di Jakarta terjadi setiap lima tahun sekali. Seolah membenarkan anggapan itu, banjir besar kembali terjadi pada 2013. Saat itu, Gubernur Joko Widodo yang menjabat.

Banjir 2013 terjadi pada Januari dan menyebabkan Jakarta dinyatakan dalam keadaan darurat. Banjir sebenarnya sudah dimulai sejak Desember 2012, dan baru mencapai puncaknya pada Januari 2013.

Hingga pertengahan Januari, Jakarta tercatat mencapai rekor curah hujan 250 milimeter hingga 300 milimeter. Curah hujan itu melebihi saat banjir Jakarta 2002 yang mencapai 200 milimeter, tetapi masih di bawah saat banjir 2007 yang mencapai 340 milimeter.

Selain curah hujan yang tinggi, banjir juga disebabkan sistem drainase yang buruk dan berbagai tanggul yang jebol sehingga volume 13 sungai di Jakarta meningkat. Kawasan Bogor, Bekasi, Depok dan Tangerang juga mengalami hal yang sama.

Tanggul di sisi Jalan Latuharhary, Jakarta Selatan, yang jebol menyebabkan air mengalir deras hingga ke Bundaran Hotel Indonesia. Lantai bawah tanah dari Gedung UOB yang memiliki ketinggian lantai dasar hampir sama dengan jalan dalam sekejap terendam.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby