Jakarta, Aktual.com — Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, memperkirakan tingkat inflasi pada Juli 2015 berada di sekitar angka 0,8 persen. Tingkat inflasi ini terbilang rendah karena berada di bawah 1 persen meski di Juli ini terdapat momen puasa dan Lebaran.

“Jadi sebenarnya Pemerintahan Jokowi ada momentum positif karena kenaikan harga agak terkendali disebabkan penurunan daya beli masyarakat yang menurun drastis. Hal itu membantu tidak liarnya fluktuasi harga,” kata Enny di Jakarta, ditulis Selasa (21/7).

Menurutnya, selain itu inflasi relatif terjaga karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ditahan hingga usai Lebaran.

“Pemerintah juga menahan tidak menaikkan BBM, persoalan BBM dinaikkan berbahaya tapi tidak mengakibatkan gejolak harga karena daya beli masyarakat turun,” ujarnya.

Kendati demikian, Enny mengungkapkan bahwa perlunya tetap diperhatikan tingginya inflasi karena peningkatan daya beli masyarakat pada puasa dan Lebaran ini. Selain itu, adanya momen tahun ajaran baru yang menjadi pendorong tingginya laju inflasi.

“Karena inflasi yang nggak bisa dihindari, transportasi 100 persen pasti naiknya. Ini yang memicu inflasi. Dan juga tahun ajaran baru,” ungkapnya.

Selain itu, Pengamat Indef, Aviliani mengingatkan pemerintah agar tetap menjaga belanja di semester II 2015 ini. Sebagaimana diketahui rencananya pemerintah akan menggeber belanja untuk mendorong pembangunan infrastruktur.

“Karena sebagian besar bahan baku infrastruktur adalah impor, ada kemungkinan membuat rupiah melemah karena kebutuhan dolar AS akan meningkat,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka