Apalagi kemudian dikuatkan dengan beberapa indikator penjualan ritel yang mengkonfirmasi menurunnya daya beli masyarakat.
“Bahkan ditutupnya toko ritel Matahari di Jakarta mengindikasikan turunnya sales yang signifikan. Apalagi penjualan produk Unilever juga menurun,” kata dia.
Pada 2014, penjualan produk-produk Unilever mencapai 12,21 persen, namun di tahun 2015 cuma mendapat 5,72 persen. Di 2016 memang naik tapi tak sampai seperti 2014 yang mencapai 9,78 persen dan di tahun ini cuma di angka 8,31 persen.
Padahal penjualan Unilever di tahun-tahum sebelum 2014 sangat tinggi. Di 2011 (19,19 persen), 2012 (16,34 persen), dan 2013 (12,65 persen).
“Sementara untuk konsumsi kelas menengah ke atas lebih menahan daya beli. Yaitu lebih ke consumption smooting dan terindikasi shifting ke leisure dan lifestyle,” kata dia.
Dan data lapisan menengah-atas masih menahan belanja. Seperti dari data transaksi debit yang turun 9,75% (sebelumnya naik 18,87% secara Yoy), porsi kepemilikan Surat Berharga Negara individual cuma naik 23,7% (dari sebelumnya yang naik 51,7% yoy).
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid